Monday, January 30, 2012

Budaya Saling Sandera

Jumat lalu ribuan warga Jakarta dan Bekasi serta warga Bandung yang mencari makan di Jakarta merasakan bagaimana rasanya berjam-jam terjebak kemacetan di jalan tol. Ribuan sumpah serapah dan keluhan dilontarkan melalui tweeter, facebook dan status BB mereka.

Kemacetan terjadi karena ribuan buruh dikawasan industri Jababeka dan Cikarang, memblok jalan tol, berdemo menolak putusan pengadilan yang memenangkan APINDO terkait upah minimum regional.

Buruh ingin upah regional tetap seperti putusan kepala daerah ditingkat Rp. 1.4 - 1.8 juta/bulan. Sementara Asosiasi Pengusaha menganggap upah itu terlalu tinggi dan mengurangi daya saing mereka terhadap serbuan produk-produk China yg lebih murah

Yang kemudian terjadi adalah saling sandera. Buruh mogok kerja dan melakukan sweeping atas rekan-rekannya yg masih bekerja. Pengusaha tetap hanya mau membayar dengan upah minimum sebelumnya....dan deadlock pun terjadi.

Masyarakat umum dirugikan, negara dirugikan, buruh maupun pengusaha juga dirugikan...semua rugi !

Masih hangat juga dalam ingatan keinginan pemerintah untuk membatasi subsidi BBM, mewajibkan mobil pribadi (baca masyarakat mampu) untuk membeli BBM non subsidi dan mengurangi beban subsidi BBM di APBN sehingga keuangan negara bisa leluasa investasi di pendidikan, kesehatan ataupun infrastruktur

Kebijakan baru dalam tahap kajian, masih mencari opsi-opsi yang cocok, ancaman-ancaman sudah dilontarkan baik oleh kalangan politisi, pengusaha angkutan umum maupun masyarakat pengguna

Politisi menakut-nakuti terjadinya revolusi sosial karena kekisruhan penerapan pembatasan BBM

Pengusaha angkutan mengancam menaikkan tarif angkutan. Bahkan PT Kereta Api Indonesia yang notabene BUMN mengerahkan ribuan karyawannya utk demo agar tetap bisa memakai BBM subsidi dalam operasionalnya

Masyarakat mengancam melakukan tindakan anarkis apabila SPBU tidak mampu menyediakan pertamax sesuai kebutuhan

Macam-macamlah semua ancamannya sehingga pemerintah tersandera, maju mundur dan tidak berani mengambil kebijakan yang sebenarnya baik untuk perekonomian

Belum habis kebijakan BBM subsidi, sekarang pengusaha sektor keramik, kaca dan lainnya mulai pasang kuda-kuda menanggapi rencana kenaikan harga listrik. Mereka mengancam untuk mengimpor saja dari Cina kalo listrik naik..

Listrik merupakan biaya produksi yang dominan buat mereka, kalo naik menjadi tidak kompetitif, lebih murah impor langsung dari Cina. Ujung-ujungnya bisa terjadi PHK besar-besaran di sektor industri ini

Padahal selama ini PLN menjual listrik dibawah harga produksinya, negara memberi subsidi ke pelanggan rumah tangga maupun industri, sampai kapan akan berlangsung dan PLN bisa untung ?

Budaya sandera-menyandera ini sudah makin akut dlm kehidupan bernegara kita. Sampai kapan akan berlangsung ? Kapan kita bisa memanfaatkan status 'investment grade' untuk mendongkrak laju perekonomian kita ?

Saatnya bersatu, saling memahami kepentingan masing-masing dan selalu meletakan kepentingan umum diatas kepentingan individu kita.

Indonesia bangsa yang besar, saya yakin pasti BISA ! Yes We Can !!



Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Thursday, January 12, 2012

Businessman of The Year 2011

Baru-baru ini Forbes Indonesia edisi January 2012 menobatkan Haryanto Adikoesoemo sebagai Businessman of The Year 2011.

CEO dan Owner AKR Group ini mengalahkan puluhan CEO lainnya karena dinilai sukses melakukan transformasi bisnis AKR Group selama lima tahun terakhir

Setelah menjual PT Sorini Agro Asia, produsen sorbitor nomor 2 terbesar didunia, ke Cargill. AKR fokus menjadi perusahaan logistik dan distribusi terdepan di Indonesia.

Ditunjang penguasaannya atas lokasi-lokasi disetiap pelabuhan strategis di Indonesia, AKR memiliki keuntungan kompetitif yang sulit disaingi perusahaan lain.

Sukses dengan distribusi bahan-bahan kimia dan BBM industri, AKR kini juga masuk ke sektor energi dengan membeli lima lahan tambang batubara di Kalimantan Tengah.

Hasil batubara ini akan diintegrasikan dengan pelabuhan-pelabuhan AKR yang ada di Cina.

Kinerja keuangan AKR selama lima tahun terakhir sangatlah mengesankan. Rata-rata penjualan tumbuh 34% dan menembus diatas Rp. 16 triliun di tahun 2011.

Sementara laba operasi juga tumbuh rata-rata 19% dan mencapai laba bersih Rp. 456 miliar

Yang lebih mencengangkan adalah kinerja sahamnya. Dalam lima tahun terakhir harga saham AKR melonjak sebesar 678%, bandingkan dengan IHSG yang naik 'cuman' 137%...

Saya sangat beruntung bisa mengenal Pak Har, begitu beliau biasa disapa, secara dekat dan banyak belajar dari beliau sepanjang tahun 2004 sampai 2009

Sebagai seorang Mentor beliau banyak mengajarkan pada saya filosofi bisnis yang paling mendasar.

Disiplin, jujur, keberanian mengambil resiko, teliti terhadap angka-angka, piawai melihat peluang dan merealisasikannya menjadi sebuah model bisnis yang sukses

Satu hal yang juga saya kagumi dari beliau adalah rendah hati dan setia kawan.

Walaupun CEO dan Owner dari sebuah group korporasi besar yang masuk top 30 di Indonesia beliau tidak segan berbincang akrab dengan setiap karyawannya, diskusi dengan serius topik-topik keseharian dan tidak melulu bisnis.

Selamat Pak Har atas penobatan sebagai Businessman of The Year 2011.

Semoga Bapak dan AKR Group selalu diberkati, makin sukses dan membawa banyak nilai tambah buat masyarakat Indonesia

4 Tips Sukses dari 4 Milyarder Sukses

Menarik sekali membaca artikel di Detik pagi ini. Empat tips sukses dari empat milyarder yang tidak lulus sekolah. Mau tahu apa tips-tips mereka, berikut kutipan singkatnya.....

1. Sean Parker,  Salah satu pendiri Facebook dengan kekayaan US$ 2,1 miliar dan baru berumur 32-an.

Lewatkan kuliah, Google pendidikan Anda!

"Ketika alat ilmu dan pengetahuan yang luar biasa tersedia di seluruh dunia, pendidikan formal menjadi kurang penting. Kita harus berharap terus melihat kehadiran wirausaha baru yang mendapatkan sebagian besar pengetahuannya melalui eksplorasi sendiri."

2. Dustin Moskovitz, Salah satu pendiri Facebook dengan kekayaan US$ 3,5 miliar. Pria kelahiran 22 Mei 1984 itu ini memberi nasehat sbb :

Anda selalu bisa kembali

Andaikan Facebook gagal saat itu dan ia telah meninggalkan kuliah, "Saya dapat kembali ke Harvard kapanpun. Teman-teman saya mungkin tidak disana lagi. Saya mungkin harus memulai lagi masalah sosoal. Itu adalah sebuah risiko. Tapi ini adalah sebuah risiko yang cukup kecil dibandingkan kesempatan besar yang ada pada saat itu,".

3. Phil Ruffin, Pemilik Treasure Island Casino dengan kekayaan US$ 2,4 miliar. Pria tak lulus kuliah ini sukses mengembangkan bisnis hotel dan kasinonya sehingga masuk dalam jajaran orang terkaya di dunia.

Jadilah Nomor 1

"Nasihat yang akan saya berikan kepada orang muda? Berhenti dari pekerjaan Anda. Jangan bekerja untuk siapapun. Anda tidak dapat benar-benar mendapatkan uang dari bekerja pada orang lain," ujarnya.

4. John Paul DeJoria, Pemilik Paul Michell Systems, Patron Tequila dengan kekayaan US$ 4 miliar. Ia pernah menjalani hidup dengan menjual sampo dari pintu ke pintu sebelum meraup kekayaan dengan Paul Mitchell.

Pria kelahiran 13 April 1944 itu merupakan anak seorang imigran Italia dan Yunani. Setelah orang tuanya bercerai, ia mulai menjual kartu natal dan koran dengan berkeliling untuk menghidupi keluarganya. Ia meraup sukses setelah mendirikan John Paul Mitchell System dengan Paul Mitchell pada tahun 1980.

Tebal Muka!

"Saya mempelajari penjualan dan pemasaran dari mengetuk ratusan pintu tiap hari. Anda secara cepat menemukan Anda akan mendapatkan 99 bantingan pintu di muka Anda hingga bisa meraup penjualan," ujarnya.

Nah bagaimana dengan Anda ? Tips mana yang akan anda jalankan dan tekuni ? Semoga tip-tip ini bisa mengantarkan Anda menyamai sukses mereka....

Wednesday, January 11, 2012

Demand Side Management...

Baru-baru ini salah seorang Menteri melontarkan gagasan yang cukup brilian, walaupun banyak juga yang menentang, agar rakyat Indonesia mengurangi konsumsi nasi, sehingga kita tiap tahun tidak dipusingkan tercapai tidaknya swasembada beras dan berapa defisit yang harus diimpor.

Dialah Gita Wiryawan, Kepala BKPM yang juga merangkap Menteri Perdagangan. Seorang Menteri yang masih muda, santun, ganteng, kaya, penuh terobosan dan terlihat cerdas !

He.he.he sorry Pak Menteri kalau saya bilang terlihat cerdas, bukan berarti saya mengatakan tidak cerdas beneran, track record Bapak di dunia korporasi sudah membuktikan itu dan sayapun sudah membuktikan dari beberapa kali percakapan dengan Bapak....

Pasca lengsernya Pak Harto, hampir setiap tahun Indonesia selalu mengimpor beras, entah dari vietnam, thailand atau malah India. Padahal tradisi bertani kita tidaklah kalah oleh mereka. Ini tentu menjadi hal yang sangat ironis mengingat kita juga merupakan salah satu produsen beras terbesar dunia

Hitung punya hitung, ternyata masyarakat kita juga merupakan konsumen beras paling tinggi di dunia. Data yang disodorkan; rata-rata orang Indonesia makan nasi 120 - 140 kg pertahun per orang, bandingkan dengan vietnam, malaysia atau thailand yang konsumsi rata-ratanya di level 60 – 70 kg pertahun per orang.

Padahal dari berbagai suku yang ada di Indonesia tidak semuanya makan nasi sebagai makanan utama mereka. Rakyat Papua lebih suka makan sagu, begitu juga ambon dan lainnya. Namun kampanye jaman orba bahwa kalau belum makan nasi dianggap belum sejahtera rupanya sangatlah berhasil sehingga semua orang menjadikan nasi sebagai makanan pokoknya.

Saya setuju peningkatan produksi beras sangatlah penting. Tapi sampai seberapa jauh hal ini bisa dilaksanakan ? mengingat luasan sawah semakin sempit dan tentunya kita tidak ingin menebangi hutan untuk dijadikan sawah

Ide mengelola kebutuhan beras dari sisi demand sangatlah menarik, juga bisa dilakukan mengingat sangat tingginya konsumsi nasi perkapita. Kalau saja setiap orang Indonesia mengurangi konsumsi beras 40 kg pertahun, maka akan ada penghematan sebesar 40 kg x 250 juta = 10 juta ton per tahun

Sementara kita mengimpor beras setiap tahun sekitar 2 – 5 juta ton. Dengan penghematan 10 juta ton pertahun  kita langsung menjadi negara surplus beras yang bisa kita ekspor. Mengganti 40 kg beras bisa kita lakukan dengan diversifikasi pangan; ubi, singkong, sagu, buah buahan dan susu yang lebih sehat

Selama ini kita selalu fokus pada sisi penyediaan atau supply, namun tidak pernah secara serius dan arif mengelola sisi konsumsi atau demand sehingga yang terjadi seperti 'rat race'...produksi bertambah namun konsumsi bertambah lebih cepat lagi.

Ini tidak hanya terjadi pada beras, pada BBM dan listrik juga begitu. Setiap tahun pemerintah dipusingkan subsidi BBM dan Listrik yang selalu bengkak, lebih besar dari yang dianggarkan APBN.

Tahun lalu saja subsidi BBM jebol melebihi angka Rp. 160 triliun dan subsidi Listrik diatas Rp. 50 triliun.

Sementara produksi minyak kita selalu dibawah target, tiga tahun terakhir produksi minyak kita tidak pernah mencapai 1 juta barrel per day tapi konsumsi BBM selalu naik. Hal ini terjadi karena penurunan produksi sumur-sumur tua dan lambatnya penemuan sumur baru karena investasi yang sedikit. Dan toh pada akhirnya minyak akan habis juga...

Tidak pernah ada kebijakan yang serius di implementasikan untuk membenahi sisi konsumsi. Apakah konsumsi BBM dan listrik sebanyak itu untuk kegiatan produktif ? memberi nilai tambah pada perekonomian ? atau hanyalah pemborosan dijalanan ?

Sudah bisa ditebak, jawabannya sebagian besar adalah pemborosan. Lihat saja kemacetan yang terjadi setiap hari di kota-kota besar di Indonesia. Paling parah di jakarta dan Bandung...setiap orang memakai mobil, satu keluarga bisa pakai tiga mobil pada saat bersamaan, isinya cuman sendirian atau dengan sopir..alangkah borosnya negara ini...

Kenapa Pemerintah tidak secara serius mengaturnya ? hanya kebijakan three in one saja apakah cukup ? kampanya penggunaan angkutan umum tanpa dibarengi pembenahan sektor transportasi publik hanyalah omong kosong belaka...

Sudah saatnya, dipaksa kalau perlu, disediakan transportasi publik massal yang memadai. Busway walaupun masih banyak masalah tapi sudah lumayan, kereta mesti dibenahi, monorail bagaimana kelanjutannya ?

Saya yakin, masyarakat kita pasti bisa dan mau mengikuti anjuran penggunaan transportasi publik jika disediakan secara memadai

Begitu juga pemakaian listrik. Budayakan pemakaian seperlunya saja. Matikan lampu bila siang hari, termasuk lampu-lampur penerangan di tempat umum. Masih banyak daerah-daerah diluar Jawa yang belum terlistriki dengan baik

Jadi ide pembenahan sisi permintaan dari Gita Wiryawan patut diapresiasi, tidak hanya sektor perberasan, tapi juga sektor energi.

Tuesday, January 10, 2012

Nyuapin Anak Can be Fun

Bagi sebagian laki-laki Indonesia, menyuapi anak mungkin merupakan aktifitas yang agak memalukan. Apalagi buat laki-laki yang terlahir dari keluarga Ayah yang dominan. Itu pekerjaan Ibu-Ibu atau bahkan sekarang sudah didelegasikan ke pengasuh atau prt dirumah.

Dulu, sepuluhan tahun lalu, saya juga merasakan hal itu, terutama pada tahun 1999 disaat getol-getolnya bekerja di perusahaan minyak asing. Sementara istri saya melanjutkan studi ke Inggris, saya di Jakarta bersama anak pertama saya yang belum genap dua tahun.

Walaupun hidup bersama kakek dan neneknya, sering diakhir minggu ataupun dimalam hari saya ketiban jadwal nyuapin anak. Aktifitas itu rasanya benar-benar menyebalkan, mengusik ego kelelakian saya...

Begitu juga awal tahun 2004 saat kami sekeluarga di Australia, kedua anak saya masih kecil-kecil, 5 tahun dan 3 tahun, aktifitas ini kembali saya jalani dipagi hari atau sepulang kerja, bergantian dengan istri kami jaga anak dirumah, nyuapin dan bermain...sangat melelahkan tentunya

Minggu lalu saya kembali merasakan pengalaman yang sama. Saat istri sibuk mengerjakan tugas sekolahnya, saya mengajak anak kedua saya 10 tahun dan yang ketiga 5 tahun ke mall di seputaran Bintaro.

Ketika jam makan tiba kita ke resto yang ada tempat bermainnya. Anak ketiga saya langsung saja tancap gas main tanpa peduli makanan yang sudah dipesannya. Ujung-ujungnya sayapun harus menyuapi sambil mengawasi anak bermain.

Entah kenapa aktifitas nyuapin kali ini terasa lain. Tidak ada lagi ego lelaki yang terusik, rileks saja dan saya sangat menikmati sambil melihat anak-anak bermain. Walaupun saya mesti ngejar-ngejar anak untuk disuapin bersama dengan pengasuh-pengasuh yang anak-anaknya juga sedang bermain disitu.

Ternyata aktifitas sederhana seperti ini bisa membuat kita rileks, ada kepuasan batin mengalahkan ego lelaki dan tentunya makin mendekatkan kita dengan anak-anak yang mungkin saja jarang kita temui karena waktu bekerja yang begitu padat, belum lagi jalanan yang macet makin memperlama kita berjumpa dengan anak-anak dirumah.

Bagaimana dengan Anda ? silahkan dicoba........
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Saat Darah Tumpah Dijalanan

Beberapa hari lalu saya nonton film lama di TV, sebuah film berjudul 'Inside Man' produksi tahun 2006 dan dibintangi Denzel Washington, Jodie Foster dan Clive Owen.

Film ini berkisah tentang perampokan bank yang dirancang sedemikian sempurna, memanfaatkan sandera sebagai jalan keluar, sehingga para perampok bisa melenggang dari bank tanpa meninggalkan jejak sedikitpun. Tidak setetespun darah tertumpah...

Yang sangat menarik motif dibalik perampokan tersebut bukanlah ingin mengambil uang bank untuk memperkaya diri. Bahkan tidak sedolar pun uang bank yang hilang. Perampok hanya membuka safe deposit box nomor 392, mengambil beberapa butir permata dan meninggalkan sebuah cincin.

Rupanya cincin itu menuntun pada kisah tragis sejarah pendirian bank tersebut dan pemiliknya.

Cincin tersebut adalah milik istri bangsawan dan pengusaha kaya Yahudi berkebangsaan Perancis yang menjadi korban Hitler saat perang berkecamuk. Sedangkan pemilik bank ternyata teman dari pengusaha tersebut namun juga merupakan rekanan Hitler dalam menampung aset-aset haram hasil jarahan

Dengan aset-aset hasil rampasan perang tersebut, dia mendirikan bank dan hidup terhormat sebagai warga kelas atas Amerika sampai para perampok ideologis tersebut membuka kedoknya

Yang masih terus membekas di benak saya adalah salah satu dialog dalam film tersebut. Saat Jodie Foster yang disewa oleh pemilik bank untuk melobi Denzel Washington sebagai kepala detektif yang menangani kasus perampokan ini.

Jodie Foster mengutip ucapakan terkenal dari Baron Rothschild, Bankir legendaris Inggris abad 18, "Bila darah mulai tertumpah dijalanan, itulah saat membeli properti !".

Ucapan ini, walaupun bernada sangat kejam dan kurang berperikemanusiaan,  merupakan nasehat investasi yang masih sangat relevan sampai saat ini, tiga abad sejak diucapkan oleh Baron Rothschild.

Di Indonesia, setidaknya dalam 15 tahun terakhir, kejadian ini benar-benar terjadi dan saya yakin banyak investor cerdas atau nekad yang memperoleh keuntungan dari situasi tersebut.

Pertama; saat terjadinya kerusuhan tahun 1998 di Jakarta yang diikuti krisis moneter yang cukup lama. Berapa banyak properti-properti di lokasi strategis, baik itu rumah, ruko, mall maupun perkantoran ditinggalkan pemiliknya ? yang kemudian dijual sebegitu murahnya oleh pemilik, bank penyedia kredit ataupun dilelang lewat BPPN.

Kalau saat itu anda sudah menjadi seorang investor properti, membeli dan menyediakan pendanaan untuk properti-properti tersebut tentu saat ini anda sudah menjadi raja properti karena harganya sudah naik berpuluh-puluh atau bahkan ratusan kali lipat.

Kedua; saat jajak pendapat di Timor-Timor dimenangkan kubu pro kemerdekaan yang kemudian diikuti kerusuhan yang cukup lama. Berapa banyak properti di lokasi-lokasi strategis yang ditinggalkan pemiliknya ? terlebih jika pemiliknya adalah pendukung kubu pro-integrasi atau warga Indonesia yang tinggal disana ?

Pasti semua dijual secepatnya, berapapun harganya asal laku. Apalagi saat itu belum tentu ada investor yang berpikiran untuk membeli. Banyak yang bahkan memiliki dengan menjarah. Saya jadi ingat seorang teman saya yang hampir gila karena meninggalkan aset-asetnya yang dikumpulkan dengan susah payah disana.

Tapi apakah saat itu ada investor nekad dan cerdas yang membeli dengan benar dan bermaksud juga menolong ? tentu ada !. Dan saat ini pasti investor tersebut  sudah kaya-raya karena harga propertinya naik berlipat-lipat.

Kejadian ketiga; saat kerusuhan SARA melanda Kalimantan Tengah antara suku setempat dengan pendatang dari Madura. Ribuan korban jiwa melayang sia-sia. Jangankan memikirkan harta ataupun properti, menyelamatkan nyawa keluarga saja susah.

Namun lihatlah sekarang ! perdamaian sudah berjalan, roda perekonomian kembali pulih, pendatangpun sudah menempati wilayah-wilayah milik mereka dan harga properti di lokasi-lokasi strategis pasti sudah naik berpuluh-puluh kali lipat.

Maksud tulisan ini bukan saya menganjurkan kita untuk senang dengan penderitaan orang lain, apalagi ikut-ikutan menyulut kerusuhan. Namun sebagai perspektif dari kacamata seorang investor properti, mencermati naik turunnya pasar beserta faktor-faktor dominan yang mempengaruhinya

Juga membeli properti dengan harga murah saat orang lain tidak mau membeli dan pemilik benar-benar sangat membutuhkan merupakan tindakan yang juga bisa dikategorikan menolong orang dari kesulitan

Sejarah akan selalu berulang, kapan dan dimananya saja yang kadang berbeda. Tinggal kita pintar-pintar untuk mencermati pasar....kapan saat membeli, mengelola, menyewakan dan kapan saat menjual

Wednesday, January 04, 2012

Bijak Dalam Berinvestasi...

Pagi ini Kompas Online menurunkan artikel berjudul cukup provokatif "Tahun Ini, Emas Bisa Tembus US $ 1,800"  per troy once.

Sementara beberapa hari terakhir media-media bisnis seperti Bisnis Indonesia, Harian Kontan dan Investor Daily mengulas cukup dalam larangan BI bagi beberapa Bank Syariah untuk meneruskan bisnis gadai emas.

Sejak awal 2009 sampai dengan kwartal ketiga 2011 memang harga emas naik sangat tajam, kadang lebih dari 30% setahun. Sebuah kenaikan yang sangat signifikan untuk seorang investor, juga untuk para spekulan.

Namun sejak Oktober 2011, seiring mulai merebaknya krisis utang di negara-negara zona Eropa dan membaiknya indikator perekonomian Amerika, harga emas mengalami penurunan cukup tajam, dari US $1,800 an ke US $ 1,400 per troy once.

Investor global beralih sementara dari emas sebagai safe heaven kembali ke mata uang negeri Paman Sam. Banyak investor kecil di Indonesia yang belum sempat melepas protofolio emasnya kelimpungan.

Apalagi teman-teman yang memanfaatkan emas untuk investasi spekulatif dengan mekanisme gadai emas, baik di Bank Syariah maupun di Pegadaian, atau yang populer disebut 'Berkebun Emas', kerugian mereka bertambah besar karena harus menanggung biaya gadai yang sudah cukup besar plus penurunan harga emas.

Sementara modal utama mereka hanya sebesar 10-20% dari nilai emas yang digadaikan. Belum lagi apabila BI benar-benar melarang Bank Bank Syariah untuk meneruskan bisnis gadai emas ini. Investor bakal diwajibkan untuk menebus emas yang digadaikan setelah jatuh tempo.

Dengan harga tebus pada saat harga rendah, modal awal bakal tergerus, bahkan bisa negatif

Memang beberapa tahun terakhir ini, bisnis gadai emas sangat ramai di bank-bank syariah. Bahkan menurut laporan BI bisa menyumbang pendapatan 20-40% dari pendapatan bank tersebut.

Padahal menurut standar BI, bisnis ini akan normal bila hanya menyumbang 10% pendapatan, sisanya seperti nature bisnis perbankan seharusnya berasal dari penyaluran kredit atau transaction fee

Sejatinya tindakan investasi spekulatif "berkebun emas" ini mirip-mirip dengan margin trading di saham, investor cukup menyediakan uang sebesar margin tertentu dan sisanya dipinjami oleh broker. Tentu saja dengan dikenakan bunga dan saham sebagai jaminan.

Bila harga naik return investor dari modal awal bisa berlipat lipat, namun jika harga turun kerugian investor juga lebih besar, bahkan bisa kehilangan semua modal awalnya jika harga turun melebihi margin yang disetor.

Begitu juga buat investor properti yang terlalu banyak menggunakan pinjaman bank sebagai leverage. Ujung-ujungnya bila harga properti sedang turun, nilai equity kita di properti bisa tergerus atau bahkan minus, dalam kasus tertentu bank akan minta jaminan tambahan, atau melakukan penyitaan bila cicilan kita tidak lancar...

Saham dan Emas sangatlah likuid, kita bisa jual kapan saja kita mau dan biaya transaksi rendah. Properti tidaklah likuid, butuh waktu untuk menjual dan biaya transaksi cukup tinggi.

Namun properti menawarkan arus kas yang cukup bagus bila kita sewakan, sekitar 5% untuk rumah tinggal, 10-15% untuk apartemen dan bisa diatas itu utk properti komersial seperti ruko atau gudang.

Sementara saham dan emas hanya bisa berharap dari kenaikan harga atau Capital Gain karena arus kas dari deviden sangatlah rendah, emas, sepanjang yang saya tahu, bahkan tidak bisa memberikan arus kas sama sekali.

Kenaikan harga Saham dan Emas sangatlah dipengaruhi faktor eksternal yang tidak bisa kita manage sama sekali, itu mengikuti gejolak dan perkembangan ekonomi dunia. Sementara properti hampir sepenuhnya dibawah kontrol kita untuk dikelola seperti apa....

Jadi pilihan investasi apa yang cocok buat anda, cocok dengan 'risk profile' anda ? Semuanya punya kelebihan, semuanya punya resiko...

Mengutip ucapan Warren Buffet, " Resiko bukanlah pada aset tempat kita berinvestasi, tapi pada ketidaktahuan kita terhadap apa yang kita lakukan dalam berinvestasi "

Jadi belajarlah dan bijaklah dalam berinvestasi !

Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Sunday, January 01, 2012

Selamat Jalan 2011, Selamat Datang 2012

Tahun 2011 baru saja kita lewati. Tahun penuh kenangan

Bagi saya banyak hal terjadi di tahun tersebut. Saya bertemu dengan tokoh-tokoh sukses banyak terjadi ditahun itu

Perjalanan ke Kalimantan dan Sumatera dalam rangka belajar bisnis energi juga banyak dilakukan di tahun itu

Berat badan saya naik 4 - 6 kg juga sering terjadi di sepanjang tahun. Kurang olahraga dan kebanyakan minum capuccino, niat mengurangi makan nasi juga belum kesampaian

Target penghasilan yang saya canangkan di awal tahun tercapai dengan sukses, bahkan ada kelebihan. Alhamdulillah !

Pada tahun itu anak pertama menjalani UAN SD. Alhamdulillah nilai rata-rata sembilan dari tiga mata kuliah. Juga berhasil masuk SMP Labschool sesuai keinginannya

Anak kedua saya juga berhasil disunat pada akhir tahun. Setelah sempat setahun sebelumnya gagal karena lari dari meja operasi.

Padahal celana sudah dilepas, sudah dibersihkan 'anu' nya dan dokter sudah pegang gunting bedah...hehehe pengalaman tak terlupakan buat kami semua...

Tambahan investasi properti tidak mencapai target. Namun kinerja dari investasi-investasi sebelumnya sungguh membanggakan.

Rata-rata return on asset mencapai 20%. Sedang return on equity ato cash on cash margin diatas 60% setahun. Ingat selalu leverage-leverage-leverage...

Melanjutkan rencana tahun sebelumnya, pada 2011 saya belum bermain saham. Hanya sedikit reksadana saham dan campuran. Sekitar 10% dari portofolio investasi. Kinerjanya sungguh mengecewakan sejalan stagnasi IHSG karena imbas krisis zona euro

Selamat jalan tahun 2011. Tahun penuh pembelajaran dan keceriaan...

Selamat datang 2012. Kata orang cina tahun Naga, tahun penuh harapan...

Saya bersama istri sudah menyusun resolusi semalem, yang sederhana-sederhana saja, yang penting menggembirakan.

Apapun resolusi anda kalau dijalani dengan penuh kegembiraan bersama pasangan, pasti akan memperkaya kehidupan.

Menambah keceriaan perjalanan penuh warna bersama keluarga...

Resolusi target pendapatan dan investasi saya set cukup tinggi, tapi saya yakin tercapai karena 'struktur bangunan dan pondasi' sudah diletakkan dua tahun sebelumnya.

Utamanya dibidang properti dan energi. Berapa angkanya ? Tidak perlulah saya sebutkan disini hehehe...

Bidang-bidang lain saya buat cukup detail. Hubungan dengan keluarga dan lingkungan sekitar, Kesehatan, Pengembangan diri dan Aktivitas ruhani.

Sambil menikmati secangkir kopi luwak diiringi hujan pagi di 1 Januari dan lenggokan gemulai koi-koi dikolam,

Kami songsong tahun 2012 dengan penuh harapan dan optimisme, menjadi orang yang selalu belajar dan menjadi lebih baik setiap hari...

Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!