Sang favorit juara, Belanda, akhirnya tumbang 3-1 di tangan young gun Rusia yang dengan apiknya memainkan Russian Total Football, sebuah istilah baru, besutan Guus Hiddink.
Memainkan sepakbola menyerang yang cantik, Belanda tampil begitu perkasa di babak penyisihan. Itali, tim peringkat 1 benua Eropa dicukur 3 gol tanpa balas. Perancis yang tampil pincang di gasak 4-1. Rumania idem tito, ditundukkan 2-0 oleh tim kelas dua Belanda.
Malam tadi sepakbola menyerang yang cantik tidaklah nampak. Yang ada hanya sepakbola basa basi dan kesombongan para pemain Belanda. Saya mengidentifikasi setidak tidaknya ada 4 alasan mengapa Belanda layak kalah dari Rusia...
Semangat juang yang rendah, pemain Belanda sejak peluit pertama berbunyi tampil tanpa semangat juang. Seolah sudah yakin menang dan lolos ke semifinal, mereka banyak memainkan bola dan sering passing back. Fatalnya mereka sering sekali kehilangan bola dan tidak bersemangat merebutnya kembali
Tidak adanya disiplin, kurangnya disiplin dipertontonkan dengan apik oleh lini belakang Belanda. Sprint yang selalu kalah dari penyerang Rusia dan tidak memberi penjagaan ketat terhadap penyerang lawan. Gol kedua dan ketiga sangat jelas memanfaatkan lubang kelemahan ini
Kerjasama tim berantakan, umpan umpan matang hampir tidak pernah didapatkan oleh Ruud Van Nistelroy. Ia hampir hampir bekerja sendirian didepan dan kadang terlihat malas berlari mengejar bola
Strategi, dalam hal strategi Van Basten mesti mengakuinya bahwa seniornya jauh lebih unggul dari dia. Menarik sekali filosofi Guus Hiddink sebelum pertandingan dimulai. Untuk menghadapi Belanda yang selalu menyerang, maka pertahanan terbaik adalah melakukan penyerangan lebih dahulu.
Strategi ini terbukti sukses, pemain pemain Belanda tidak mempunyai waktu menyusun strategi menyerang sementara mereka disibukkan bertahan menghadapi gempuran pemain Rusia yang menguasai lapangan tengah.
Melihat pertandingan semalem, saya jadi teringat Hatake Kakashi sang ninja peniru dari desa Konohagakure yang juga guru Naruto. Kakashi sangat pandai meniru sehingga sekali lihat jurus lawan ia bisa memainkannya dengan lebih baik dan mengalahkan sang lawan pemilik jurus.
Demikian juga Rusia. Guus Hiddink memainkan Russian Total Football dan menundukkan Belanda sang pemilik asli jurus jurus permainan ini. Kegagalan Belanda seolah melengkapi kegagalan semua juara group lainnya. Portugal yang dilindas panser Jerman dan Croatia ditundukkan secara ajaib oleh Laskar Ottoman.
Semoga Spanyol lepas dari kutukan ini, terus terang saja saya paling tidak menyukai Italia yang seolah selalu diuntungkan wasit.
Bravo Rusia. Maju terus pantang mundur !
Memainkan sepakbola menyerang yang cantik, Belanda tampil begitu perkasa di babak penyisihan. Itali, tim peringkat 1 benua Eropa dicukur 3 gol tanpa balas. Perancis yang tampil pincang di gasak 4-1. Rumania idem tito, ditundukkan 2-0 oleh tim kelas dua Belanda.
Malam tadi sepakbola menyerang yang cantik tidaklah nampak. Yang ada hanya sepakbola basa basi dan kesombongan para pemain Belanda. Saya mengidentifikasi setidak tidaknya ada 4 alasan mengapa Belanda layak kalah dari Rusia...
Semangat juang yang rendah, pemain Belanda sejak peluit pertama berbunyi tampil tanpa semangat juang. Seolah sudah yakin menang dan lolos ke semifinal, mereka banyak memainkan bola dan sering passing back. Fatalnya mereka sering sekali kehilangan bola dan tidak bersemangat merebutnya kembali
Tidak adanya disiplin, kurangnya disiplin dipertontonkan dengan apik oleh lini belakang Belanda. Sprint yang selalu kalah dari penyerang Rusia dan tidak memberi penjagaan ketat terhadap penyerang lawan. Gol kedua dan ketiga sangat jelas memanfaatkan lubang kelemahan ini
Kerjasama tim berantakan, umpan umpan matang hampir tidak pernah didapatkan oleh Ruud Van Nistelroy. Ia hampir hampir bekerja sendirian didepan dan kadang terlihat malas berlari mengejar bola
Strategi, dalam hal strategi Van Basten mesti mengakuinya bahwa seniornya jauh lebih unggul dari dia. Menarik sekali filosofi Guus Hiddink sebelum pertandingan dimulai. Untuk menghadapi Belanda yang selalu menyerang, maka pertahanan terbaik adalah melakukan penyerangan lebih dahulu.
Strategi ini terbukti sukses, pemain pemain Belanda tidak mempunyai waktu menyusun strategi menyerang sementara mereka disibukkan bertahan menghadapi gempuran pemain Rusia yang menguasai lapangan tengah.
Melihat pertandingan semalem, saya jadi teringat Hatake Kakashi sang ninja peniru dari desa Konohagakure yang juga guru Naruto. Kakashi sangat pandai meniru sehingga sekali lihat jurus lawan ia bisa memainkannya dengan lebih baik dan mengalahkan sang lawan pemilik jurus.
Demikian juga Rusia. Guus Hiddink memainkan Russian Total Football dan menundukkan Belanda sang pemilik asli jurus jurus permainan ini. Kegagalan Belanda seolah melengkapi kegagalan semua juara group lainnya. Portugal yang dilindas panser Jerman dan Croatia ditundukkan secara ajaib oleh Laskar Ottoman.
Semoga Spanyol lepas dari kutukan ini, terus terang saja saya paling tidak menyukai Italia yang seolah selalu diuntungkan wasit.
Bravo Rusia. Maju terus pantang mundur !
No comments:
Post a Comment