Senin, 7 April 2008, saya kedatangan seorang tamu yang sangat hebat. Beliau adalah Mathias Abo, seorang raja dan pemimpin dari enam kelompok suku di Sun Down City, sebuah propinsi di Negara tetangga kita, Papua Nugini.
Beliau berkunjung ke Indonesia dan kemudian ke Lampung menemui saya untuk sebuah urusan yang sangat mulia. Belajar bagaimana agro industri dikembangkan di Indonesia, khususnya di Lampung dan bagaimana caranya memberi inspirasi kepada warganya untuk bisa mengembangkan perkebunan mereka.
Papua Nugini is a big country, six times Java, one and a half times Papua. But we only have small development, many parts of our country is jungle. Not much create value for our people. If we can learn something about agro industry here, it will be very useful for my people.
Begitu katanya penuh semangat dengan bahasa inggris yang cukup fasih. Mendengar tujuan tersebut, saya tergugah dan ikut bersemangat. Segala sesuatu yang sifatnya memberi nilai tambah selalu membuat saya bersemangat. Karena hal inilah peradaban modern di topang.
Saya ajak beliau keliling Lampung, saya perlihatkan ratusan hektar hamparan tanaman singkong, padi dan jagung di sepanjang jalan yang kami lewati.
Sambil saya terangkan bagaimana cara bertanam singkong, pupuk apa saja yang diperlukan, berapa hasilnya per hektar dan bagaimana cara panennya. Saya perlihatkan pula beberapa industri tepung tapioca dan calon pabrik bio fuel yang sedang dibangun.
Infrastructure in Indonesia is very good, many development everywhere, the road is wide and almost no traffic jam here. Begitu pujinya
Coba kalo Sandiaga Uno mendengar hal ini, bisa pingsan sambil tertawa dia (Sandiaga Uno adalah orang yang vocal menyoroti buruknya infrastruktur di Indonesia dan efeknya terhadap lambatnya pertumbuhan ekonomi dan investasi. Saya salah satu pengagum dan pembaca setia kolomnya di majalah Globe)
Sengaja memang, beliau hanya saya bawa melewati jalan lintas timur Lampung ke Palembang yang memang luas, lengang, bagus dan pemandangan di kiri kananya adalah hamparan ratusan hektar singkong, padi dan jagung. Beberapa pabrik besar bisa kita temui disepanjang jalan ini.
Daripada saya ajak ke pedalaman, ke desa desa terpencil dimana petani kecil bertanam singkong, bisa bisa bukan pelajaran yang beliau dapatkan, malah ngedumel karena jalanan rusak, truk terperosok dimana mana dan portal portal warga menarik iuran.
Setelah puas berkeliling keliling, tiba tiba saya teringat salah satu guru saya dibidang agro industri, yaitu Bapak Fauzi Toha. Beliau adalah orang nomor satu di Sugar Group, sebuah perkebunan tebu dengan luas lahan 100,000 Ha, tiga pabrik gula di dalamnya, satu pabrik bio fuel dan menghidupi ratusan ribu karyawan, kontraktor dan keluarganya. Pantas lah kalau beliau juga disebut seorang Raja. Raja Perkebunan Tebu & Gula.
Sayapun ber inisiatif mempertemukan kedua Raja ini, Alhamdulillah Bapak Fauzi ada dan bersedia menerima kami.
Kamipun belajar banyak dari beliau; bagaimana membuka lahan untuk perkebunan tebu, bagaimana mengelola puluhan ribu hektar tebu, mengelola karyawan, membuat pabrik gula, membuat pabrik bio ethanol, bagaimana kondisi pasar gula Indonesia dan International, bagaimana prospek pasar bio fuel dunia.
Mr. Mathias Abo juga bercerita tentang Papua Nugini, sebuah negeri yang kaya raya dengan hutan hutan yang masih perawan dan tanah luas hampir hampir tak terbatas. Apapun yang bisa kita temukan di Papua, bisa kita temukan di Papua Nugini; bijih besi, tembaga, emas, minyak, gas dan konon uranium pun ada.
Sungguh beruntung saya bisa mendengar banyak hal dari beliau. Terimakasih Pak Fauzi Toha atas pencerahannya. Semoga amal baik ini dibalas Allah dengan setimpal. Kami do’a kan semoga Bapak & Keluarga selalu dalam kesehatan dan limpahan rahmat.
Dalam perjalanan pulang pikiran liar saya selalu menggelora, sinergi, sinergi, sinergi, nilai tambah, nilai tambah, nilai tambah…..
Coba kita bayangkan kalau kedua raja ini bersinergi ? nilai tambah dahsyat seperti apa yang bisa tercipta.
Malamnya saya susah tidur, otak belakang saya mencerna, menyerap, meresapi dan menyimpannya.
Dalam mimpi saya melihat hamparan perkebunan tebu yang sangat luas, perkebunan singkong yang sangat permai, titik titik petani dari Indonesia sedang mengajarkan cara bertani kepada saudara saudaranya di Papua, beberapa pabrik bio fuel yang asap nya pun ramah lingkungan, di Papua Nugini, Negeri Sang Raja.
Saya melihatnya nun jauh dari ketinggian, dalam perjalanan pulang ke Jakarta, dalam jet pribadi saya.
Oh, Alangkah nikmatnya.
5 comments:
Acung jempol, utk Bapak!
Semoga stlh pertemuan 2 raja tersebut ada actionnya...
Salam kenal, Pak saya arief
Wah artikel yang menggugah semoga kekuatan dan semangat bertambah
Regard
Chintya
http://peloporsewabeli.blogspot.com
Asww, Salam kenal pak, saya Darul, baru pindah quadran dan belajar bisnis. Saya tertaik sekali dengan tulisan2 bpk, banyak pencerahan yang didapat. Rasanya, sudah pantaslah diacung jempol atas kiprah bapak didunia agrobisnis. Sukses selalu utk bapak.
Wa'alaikum salam Pak Darul, senang sekali dapat berkenalan dengan Anda. Melalui forum ini semoga kita bisa selalu saling belajar, apalagi bapak sudah pindah kuadran, pasti belajarnya lebih cepat...pengamalannya di share ya Pak. trims
weleh2..ajak-ajak donk Bos..
BB nih..!!
Post a Comment