Sepanjang tahun 2007 yang lalu, saya amati sekurang-kurangnya 5 – 6 kali, Menteri Pertanian kita, Bapak Anton Apriyantono berkunjung ke Lampung, sebuah propinsi dengan hasil bumi yang berlimpah dan cukup dekat dengan Jakarta sebagai pusat segala konsumsi.
Pertama yang saya ingat persis adalah akhir February 2007 saat beliau menyertai kunjungan Presiden RI ke Sugar Group untuk meninjau dan meresmikan proyek ethanol berbahan tetes tebu. Sugar Group adalah perkebunan kebu terbesar di wilayah Lampung, dan juga di Indonesia dengan lebih dari 70,000 Ha lahan perkebunan tebu. Wilayahnya melintasi dua kabupaten di Lampung, yaitu; Lampung Tengah dan Tulang Bawang. Group ini juga merupakan produsen gula terbesar di Indonesia, dengan tiga pabrik-nya di pusat area perkebunan. Kalau anda doyan yang manis-manis, pasti gula produksi perusahaan ini dengan gampang anda temui di supermarket di seluruh wilayah Indonesia. Herannya..? dengan perkebunan yang begitu luas dan pabrik-pabrik gula yang bertebaran di seluruh pelosok Indonesia…negara kita ini masih tetap jadi pengimpor gula setiap tahunnya…? Solusi-nya kira kira apa ya Pak Anton agar ketergantungan kita terhadap impor gula bisa diatasi……..?
Kunjungan kedua adalah saat sosialisasi benih padi unggulan dan panen padi bersama oleh PT SAS, sebuah sayap agroindustri milik Artha Graha Group. Benih padi ini masih diimpor oleh PT SAS dari China dan di klaim mampu memberikan hasil produksi yang lebih baik, tahan hama dan waktu panen yang lebih cepat sehingga bisa menaikkan produktivitas pertanian kita dan meningkatkan pendapatan petani. Pertanyaannya, kenapa benih padi saja kita masih impor ? bukankah sejak nenek moyang kita hampir semua penduduk Indonesia makan nasi…? Gimana peran peneliti-peneliti pertanian kita dari Universitas, Dept. Pertanian & Lainya dalam riset benih padi unggulan….? Apa mereka semua sudah alih profesi……..? Tapi saya positif thinking sajalah…masih lebih baik impor benih padi daripada impor beras…ya, karena sekali lagi, Negara kita juga sudah hampir sepuluh tahun jadi pengimpor beras…..! begitu impor beras dilakukan, harga beras langsung jatuh…petani kita pada rugi semua..!! siapa yang untung..? tentu pedagang dan rantai birokrasi yang menggerogoti setiap lini proses impor beras. Dari mulai lampu hijau dari parlemen, proses tender di Bulog, makelar-makelar dengan trader luar negeri, proses shipping dan bongkar di pelabuhan, sampai distribusi ke level paling bawah, konsumen langsung seperti saya ini.
Tidak heran kalau proses impor beras ini selalu jadi lahan rebutan, sudah banyak pejabat Bulog yang ditahan gara-gara proses ini, masih hangat kan nasib hampir semua Kepala Bulog kita………? Padahal dulu kita selalu swasembada beras…! Ayo Pak Anton, saya semangati agar kita bisa surplus beras lagi, kita perbaiki infrastruktur irigasi di desa-desa, kembalikan lahan-lahan pertanian yang berubah fungsi, perbaiki distribusi pupuk dan tangkap semua tikus-tikus yang terlibat didalamnya….menjadi seorang pemimpin, baik saja tidak cukup, tapi juga harus berani…!!
Kunjungan ketiga dan seterusnya saya tidak ingat persis, hanya baca di koran-koran daerah. Salah satunya adalah saat festival hari pangan sedunia yang kebetulan di selenggarakan oleh Provinsi Lampung.
Sangat lah penting seorang pejabat sering-sering turun ke bawah..untuk melihat langsung apa yang terjadi di lapangan, juga penting menyusun action plan untuk mengatasi masalah tersebut setelah kunjungan, namun yang lebih penting lagi adalah eksekusi dan monitoring atas semua rencana tersebut. Saat ini harga komoditi pertanian lagi tinggi-tingginya dan trend akan terus membaik. Pak Anton ..! kita tunggu gebrakannya..! tahun depan sudah pemilu lagi……….jangan sampai bapak dikenang sebagai menteri yang biasa-biasa saja…. Saya yakin Bapak bisa…….!!
Pertama yang saya ingat persis adalah akhir February 2007 saat beliau menyertai kunjungan Presiden RI ke Sugar Group untuk meninjau dan meresmikan proyek ethanol berbahan tetes tebu. Sugar Group adalah perkebunan kebu terbesar di wilayah Lampung, dan juga di Indonesia dengan lebih dari 70,000 Ha lahan perkebunan tebu. Wilayahnya melintasi dua kabupaten di Lampung, yaitu; Lampung Tengah dan Tulang Bawang. Group ini juga merupakan produsen gula terbesar di Indonesia, dengan tiga pabrik-nya di pusat area perkebunan. Kalau anda doyan yang manis-manis, pasti gula produksi perusahaan ini dengan gampang anda temui di supermarket di seluruh wilayah Indonesia. Herannya..? dengan perkebunan yang begitu luas dan pabrik-pabrik gula yang bertebaran di seluruh pelosok Indonesia…negara kita ini masih tetap jadi pengimpor gula setiap tahunnya…? Solusi-nya kira kira apa ya Pak Anton agar ketergantungan kita terhadap impor gula bisa diatasi……..?
Kunjungan kedua adalah saat sosialisasi benih padi unggulan dan panen padi bersama oleh PT SAS, sebuah sayap agroindustri milik Artha Graha Group. Benih padi ini masih diimpor oleh PT SAS dari China dan di klaim mampu memberikan hasil produksi yang lebih baik, tahan hama dan waktu panen yang lebih cepat sehingga bisa menaikkan produktivitas pertanian kita dan meningkatkan pendapatan petani. Pertanyaannya, kenapa benih padi saja kita masih impor ? bukankah sejak nenek moyang kita hampir semua penduduk Indonesia makan nasi…? Gimana peran peneliti-peneliti pertanian kita dari Universitas, Dept. Pertanian & Lainya dalam riset benih padi unggulan….? Apa mereka semua sudah alih profesi……..? Tapi saya positif thinking sajalah…masih lebih baik impor benih padi daripada impor beras…ya, karena sekali lagi, Negara kita juga sudah hampir sepuluh tahun jadi pengimpor beras…..! begitu impor beras dilakukan, harga beras langsung jatuh…petani kita pada rugi semua..!! siapa yang untung..? tentu pedagang dan rantai birokrasi yang menggerogoti setiap lini proses impor beras. Dari mulai lampu hijau dari parlemen, proses tender di Bulog, makelar-makelar dengan trader luar negeri, proses shipping dan bongkar di pelabuhan, sampai distribusi ke level paling bawah, konsumen langsung seperti saya ini.
Tidak heran kalau proses impor beras ini selalu jadi lahan rebutan, sudah banyak pejabat Bulog yang ditahan gara-gara proses ini, masih hangat kan nasib hampir semua Kepala Bulog kita………? Padahal dulu kita selalu swasembada beras…! Ayo Pak Anton, saya semangati agar kita bisa surplus beras lagi, kita perbaiki infrastruktur irigasi di desa-desa, kembalikan lahan-lahan pertanian yang berubah fungsi, perbaiki distribusi pupuk dan tangkap semua tikus-tikus yang terlibat didalamnya….menjadi seorang pemimpin, baik saja tidak cukup, tapi juga harus berani…!!
Kunjungan ketiga dan seterusnya saya tidak ingat persis, hanya baca di koran-koran daerah. Salah satunya adalah saat festival hari pangan sedunia yang kebetulan di selenggarakan oleh Provinsi Lampung.
Sangat lah penting seorang pejabat sering-sering turun ke bawah..untuk melihat langsung apa yang terjadi di lapangan, juga penting menyusun action plan untuk mengatasi masalah tersebut setelah kunjungan, namun yang lebih penting lagi adalah eksekusi dan monitoring atas semua rencana tersebut. Saat ini harga komoditi pertanian lagi tinggi-tingginya dan trend akan terus membaik. Pak Anton ..! kita tunggu gebrakannya..! tahun depan sudah pemilu lagi……….jangan sampai bapak dikenang sebagai menteri yang biasa-biasa saja…. Saya yakin Bapak bisa…….!!
No comments:
Post a Comment