Ketika keduanya berpapasan, tak sepatah pun kata teguran
Hanya dua pasang mata yang tajam bersitatapan
Suhrawardi di atas kuda : '' Betapa dalam kulihat samudera segala hakekat ! ''
Dan Muhyidin di atas keledai : ''Betapa fana dia yang setia menjalani teladan RasulNya''
Ketika keduanya bertemu, tak pun kata kata salam
Tapi keduanya telah sefaham dalam diam
Ajip Rosidi - 1979
Sajak-sajak anak matahari
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!
Showing posts with label poem. Show all posts
Showing posts with label poem. Show all posts
Thursday, November 24, 2011
Monday, June 02, 2008
Rumi : Ghazal 3277

if you are a man of this life
then march on this path like a man
or retire and take refugee in your house
since you are not ready for this battle
real man drank a thousand seas and
still died of thirst
you only had a cup
yet boasted of overflowing
you claimed to reach your quest
you'll raise all the dust
yet you've travelled no distance
you've left no mark
now humbly turn to dust
under the gallop of real men
then you'll rise and
become a part of their journey
if you crawl for years
on the path of your quest
do not yield to grief
do not submit to distress
Tuesday, April 15, 2008
Ulang Tahun Istriku

Minggu, 13 April 2008
Wanita special yang sekarang menjadi Ibu dari anak anakku merayakan ulang tahun. Genap 35 tahun usianya, semakin matang, dan herannya makin berumur semakin cantik saja !
Aku sudah lama mempersiapkan hadiah khusus buatnya. Hadiah mestilah sesuatu yang sangat berharga sebagai tanda apresiasi dan rasa syukur atas perkawinan kami yag telah menginjak usia ke 11 dengan penuh bahagia dan seakan akan semua sempurna.
Kalau keindahan dan kedamaian suasana taman surga turun ke dunia, pastilah itu tercermin dalam rumah tangga kami. Riuh rendah anak anak kami bermain, di selingi tertawa tertawa kegirangan dan pertengkaran pertengkaran kecil yang kadang menyulut tangisan pula.
Kamipun kadang kadang bertengkar, dari masalah yang kecil, kadang kadang juga masalah besar. Namun semua hanyalah menjadi bunga kehidupan rumah tangga kami, makin dihirup makin wangi, makin di pandang makin menawan. Ah, damainya kehidupan kami..!
Hadiah pertama yang kuberikan adalah tiga buah hati kami. Si sulung, Iqbal Hakim, yang sangat cerdas dan penulis hebat. Hafiz, anak kedua kami, yang selalu riang dan penggambar ulung dan Sekar yang sangat lucu dan peniru nomor satu di usianya yang menginjak 19 bulan. Ketiganya kuberikan dengan sepenuh hati untuk dibesarkan, dirawat dan di cintai.
Hadiah kedua adalah diriku sendiri, walau mulai beranjak tua namun masih tetap semangat bergelora. Aku tentu tidak menulis banyak banyak tentang diriku, biarlah istriku yang menilainya seberapa berharga diriku baginya.
Hadiah ketiga adalah sesuatu yang pernah kuberikan tiga belas tahun lalu, masa masa awal perkenalan dan pacaran kami, sesuatu yang sangat berharga dan makin lama makin bermakna, yaitu; sebuah puisi…..! puisi yang entah aku sadur dari mana, yang jelas itulah ekspresi hasrat ku padanya.
Hari ini, di hari ulang tahun nya yang ke 35, atas se ijinnya pula aku tulis ulang puisi itu sebagai rasa syukur atas pertemuan kami.
mawarku !
Wanita special yang sekarang menjadi Ibu dari anak anakku merayakan ulang tahun. Genap 35 tahun usianya, semakin matang, dan herannya makin berumur semakin cantik saja !
Aku sudah lama mempersiapkan hadiah khusus buatnya. Hadiah mestilah sesuatu yang sangat berharga sebagai tanda apresiasi dan rasa syukur atas perkawinan kami yag telah menginjak usia ke 11 dengan penuh bahagia dan seakan akan semua sempurna.
Kalau keindahan dan kedamaian suasana taman surga turun ke dunia, pastilah itu tercermin dalam rumah tangga kami. Riuh rendah anak anak kami bermain, di selingi tertawa tertawa kegirangan dan pertengkaran pertengkaran kecil yang kadang menyulut tangisan pula.
Kamipun kadang kadang bertengkar, dari masalah yang kecil, kadang kadang juga masalah besar. Namun semua hanyalah menjadi bunga kehidupan rumah tangga kami, makin dihirup makin wangi, makin di pandang makin menawan. Ah, damainya kehidupan kami..!
Hadiah pertama yang kuberikan adalah tiga buah hati kami. Si sulung, Iqbal Hakim, yang sangat cerdas dan penulis hebat. Hafiz, anak kedua kami, yang selalu riang dan penggambar ulung dan Sekar yang sangat lucu dan peniru nomor satu di usianya yang menginjak 19 bulan. Ketiganya kuberikan dengan sepenuh hati untuk dibesarkan, dirawat dan di cintai.
Hadiah kedua adalah diriku sendiri, walau mulai beranjak tua namun masih tetap semangat bergelora. Aku tentu tidak menulis banyak banyak tentang diriku, biarlah istriku yang menilainya seberapa berharga diriku baginya.
Hadiah ketiga adalah sesuatu yang pernah kuberikan tiga belas tahun lalu, masa masa awal perkenalan dan pacaran kami, sesuatu yang sangat berharga dan makin lama makin bermakna, yaitu; sebuah puisi…..! puisi yang entah aku sadur dari mana, yang jelas itulah ekspresi hasrat ku padanya.
Hari ini, di hari ulang tahun nya yang ke 35, atas se ijinnya pula aku tulis ulang puisi itu sebagai rasa syukur atas pertemuan kami.
mawarku !
mawar,
ajari aku mengolah tanah hitam dan air limbah
ajari aku mengolah tanah hitam dan air limbah
menjadi rona merah membara
yang membuat mentari tersenyum manis di wajahmu
mawar,
ajari aku memeras batang, duri, daun dan ranting
menjadi aroma segar meruang
yang membuat bumi berkenan istirahat di kelopakmu
mawar,
ajari aku memadukan embun, angin dan sinar pagi
menjadi pesona penuh misteri
yang membuat kupu kupu segan aura mu
mawar,
ingin kudekap erat merah nyalamu
ingin kudekap erat merah nyalamu
ingin kureguk aroma madumu
ingin ku selami misteri pesonamu
mawar,
ingin kukembarakan hati
dibelantara kasihmu !
Subscribe to:
Posts (Atom)