Saturday, August 30, 2008

Selamat Ulang Tahun - Mr. Warren Buffet









Hari ini, 78 tahun yang lalu, 30 Agustus 1930 telah lahir seorang bocah kecil di sebuah kota bernama Omaha.

Bayi mungil ini dinama Warren Buffet, lahir dari seorang ayah yang pedagang saham dan aktivis partai Republik serta seorang ibu rumah tangga biasa.

Buffet kecil sangat menyukai bisnis. Umur 6 tahun Buffet sudah berdagang Coca Cola, membeli grosiran dari toko kakeknya dan menjualnya eceran, dari bisnis ini Buffet mengantongi keuntungan 20% dari harga beli.

Umur 11 tahun Buffet sudah mulai membeli tiga lembar saham perusahaan Cities Service pada harga $ 38 per lembar. Tak lama kemudian harga sahamnya jatuh menjadi $ 27, namun Buffet tidak menjualnya. Belakangan harga rebound ke $ 40 dan diapun menjualnya. Sebuah keputusan yang masih dia sesali karena kemudian harga saham ini naik menjadi $ 200.

Dari kejadian itu dia mengambil kesimpulan bahwa dalam permainan saham, kesabaran akan memenangkan pertempuran !

Umur 30 tahun Buffet mendirikan tujuh perusahaan investasi. Pemodal awalnya adalah para dokter. Ketika itu ada sebelas dokter yang ber investasi masing – masing $ 10,000 di perusahaan investasinya. Dua tahun kemudian, tahun 1962, pada usia 32 tahun Buffet sudah mulai menjadi miliarder dengan kekayaan bersih $ 1,025,000.

Pada tahun ini pula Buffet membeli saham prusahaan textile Berkshire Hathaway senilai $ 8 per saham. Perusahaan inilah yang kemudian menjadi kendaraan investasinya menuju kekayaan yang berlimpah. Pada tahun 1967 perusahaan ini membagikan deviden pertamanya. Buffet menjadi benar benar kaya pada usianya yang ke 37 ini dengan estimasi portfolio investasinya mencapai $ 60 juta.

Pada tahun 2008 lalu, Buffet dinobatkan sebagai orang terkaya di dunia oleh majalah Forbes dengan estimasi kekayaan $ 62 Miliar ( setara Rp. 564 triliun ). Namun kesehariannya tetaplah sederhana. Rumah nya tetap di Omaha dengan tiga kamar yang dia tempati sejak tahun 1950-an. Mobilnya tetap Cadillac tua yang dia kendarai sendiri kemana mana. Bahkan Buffet tidak pernah membawa handphone dan tidak memiliki komputer di mejanya.

Tapi Buffet sangat royal ! Royal dalam hal amal, tahun 2006 dia mendermakan 85% kekayaan di perusahaan investasinya ke tujuh yayasan, diantaranya yang terbesar ke yayasan Bill & Melinda Gates..... ditaksir uang yang didermakan mencapai $ 30.7 miliar ( setara dengan Rp. 279 triliun )

Konon, kunci utama kesuksesan Buffet adalah ketelitiannya mencermati saham saham yang under value, membelinya dan mengoleksi dalam jangka panjang. Tidak peduli harga saham rontok dalam jangka pendek. Sepanjang fundamental bisnis nya kokoh, Buffet tetap tidak menjual saham seperti ini....

Kunci kedua adalah fokus pada bisnis yang dia mengerti ! Bahkan pada saat booming dot com melanda Amerika tahun 1990 an Warren Buffet tetap bergeming untuk tidak menyentuhnya. Bill Gates pun tidak mampu membujuknya untuk ikut membeli saham Microsoft........

Ketajaman analisa Buffet terbukti, saham dot com kemudian hancur berantakan mengalami reposisi..walau kemudian berjaya lagi sekarang....

42 tahun kemudian, 30 Agustus 1972, disebuah desa kecil bernama Kranji, Kecamatan Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan, telah lahir seorang bayi mungil yang kemudian dinamai Ardiansyah Bin Abdullah. Lahir dari seorang Ayah yang pedagang batik dan ketua sebuah partai non pemerintah di jaman orde baru serta seorang Ibu rumah tangga biasa....

Ardiansyah kecil biasa dipanggil Didi, karena gemuk dan lucu, orang orang sering mengolok oloknya dengan panggilan Sinyo......nama panggilan salah satu bintang komedi saat itu.

Didi kecil sangat menyukai berbisnis........disamping selalu bermain dengan teman teman sebayanya. Kelas 5 SD ia sudah mengumpulkan besi bekas onderdil truk orang tuanya untuk dijual ke lapak besi bekas, mengumpulkan koran bekas untuk dijual di toko pecinan.... Kelas 6 SD sudah ikut jadi buruh pasang kancing di industri garmen rumahan yang selalu rame order menjelang dan saat puasa..

Semua bisnis dan profesi ini ditekuninya untuk mengongkosi hobinya membaca komik dan nonton film silat.........

Beda dengan Warren Buffet yang fokus, sabar dan menekuni apa yang dia mengerti....

Didi tidaklah demikian. Ia senang mencoba hal hal baru, jarang bisa fokus dan kurang tekun mempelajari satu hal. Maunya mengerjakan banyak hal, mudah bosan dan sampai sekarang belum juga jelas entah apa yang menjadi kompetensinya......

Tidaklah heran pada usianya yang menginjak 36 tahun, sudah sembilan perusahaan sempat disinggahi, mendirikan beberapa usaha yang juga belum optimal. Namun semua disikapi sebagai hal yang wajar.......sebagai sebuah proses menuju kehidupan penuh berkah yang selalu diimpikannya.

Warren Buffet memiliki tiga anak, perempuan yang sulung, diikuti dua anak laki laki. Demikian juga Didi yang memiliki tiga anak, dua anak laki laki dan anak ketiga seorang perempuan...

He..he..he ternyata saya punya banyak kesamaan dengan Warren Buffet. Berbagi tanggal lahir yang sama, sama sama memiliki tiga anak, satu perempua dan dua laki laki juga memiliki seorang ayah yang pedagang dan politisi.

Kalau Warren Buffet mulai menuai kesuksesan luar biasa pada usia 37 tahun. Entahlah apakah tahun 2009 ini, saat usia saya menginjak 37 tahun, saya juga ikutan sukses dengan bisnis bisnis yang saya rintis bersama sahabat sahabat saya....

Wallahua’lam ! Hanya Allah yang maha tahu.......tugas kita hanya berusaha sebaik baiknya, selalu bersyukur atas semua nikmat yang diberikan, meramu semua proses menjadi adonan yang bisa dinikmati dan memberi berkah semua orang...

Selamat ulang tahun Mr. Warren Buffet ! Selamat ulang tahun Ardiansyah !

Semoga keberuntungan yang menghinggapi Mr. Buffet juga menghinggapi saya !

Terimakasih !

Alhamdulillah ya Allah, telah Engkau anugerahi aku dengan nikmat yang tidak bisa kuhitung. Kesehatan yang sempurna, keluarga yang sakinah dan penuh berkah, anak anak yang sehat dan cerdas cerdas, istri yang sholihah dan rejeki yang selalu berlimpah......Amin.

Semua kemulian dan kekayaan hanyalah milik-Mu semata.

Listening Power


Sebuah nasehat menarik saya ambil dari Brian Tracy. Seni sebuah percakapan yang baik dan bermutu adalah pada kemampuan kita bertanya dan menjadi seorang penyimak yang baik.

Ask Open Ended Question
Bertanyalah terhadap apa yang menjadi keingintahuan Anda dengan pertanyaan yang tidak bisa dijawab dengan jawaban Ya atau Tidak. Pertanyaan seperti ini akan memancing mitra bicara kita mengexplore segala pikiran dan pendapatnya untuk memberi jawaban. Konon kualitas kepandaian seseorang bisa ditentukan dari kualitas pertanyaan yang diajukan.

Be Content to Listent
Jadilah seorang pendengar yang baik. Lebih tepatnya jadilah seorang penyimak yang baik. Pahami dengan seksama apa yang menjadi mitra diskusi Anda dan coba menahan diri untuk tidak mendominasi pembicaraan

Share the Opportunity to Talk
Berdiskusi ibarat bermain pingpong. Tidaklah asyik kalau hanya satu orang yang berbicara dan yang lain selalu mendengarkan. Bila saatnya tepat Anda juga harus berbicara mengemukakan pikiran dan pendapat Anda. Diskusi seperti inilah yang banyak memberi nilai tambah pada kedua belah pihak.

Learn to Listen
Mendengarkan adalah kemampuan yang sangat penting dalam menunjang sukses seseorang. Tidak semua orang bisa menjadi penyimak yang baik. Bawaannya memotong pembicaraan seolah olah sudah mengerti semua yang akan diomongkan mitra bicara kita. Kebetulan sekali saya memiliki bos type seperti ini, expat pula...jadi lebih sering monolog daripada sebuah diskusi !

Semoga bermanfaat

Tuesday, August 26, 2008

Jumadi, Kisah Sukses Seorang Petani


Sebuah artikel yang sangat menarik dari Kompas, 25 Agustus 2008


Jumadi, Petani yang pandai memanfaatkan celah

Oleh HERMAS E PRABOWO

Petani tidak selalu berkonotasi dengan kemiskinan. Petani ”boleh” dan bisa kaya. Syaratnya, mau bekerja keras, pandai memanfaatkan setiap peluang usaha, dan berani berspekulasi. Spekulasi dalam usaha tani bukan berarti tanpa perhitungan, tetapi justru dengan perhitungan yang matang.

Sukses menjadi petani karena jeli memanfaatkan peluang usaha telah dibuktikan oleh Jumadi, pria berusia 40 tahun, warga Desa Margosari, Kecamatan Metrokibang, Kabupaten Lampung Timur.

Jumadi mengawali usaha taninya dengan lahan 0,75 hektar pada 1991. Dalam waktu kurang dari 17 tahun, ayah satu anak ini telah memiliki 28,5 hektar lahan kering yang tersebar di dua kabupaten, Lampung Timur dan Lampung Selatan.

Menghitung penghasilannya, dengan luas lahan pertanian 28,5 hektar, pendapatan Jumadi tentulah tidak kecil. Apalagi di tengah meroketnya harga jagung yang merupakan komoditas andalan Jumadi belakangan ini.

Ini belum termasuk pendapatan yang diperolehnya dari kontrak kerja sebagai ”buruh”—begitu dia menyebut dirinya—di Perkebunan Nusantara di daerahnya. Untuk pembersihan lahan perkebunan (land clearing) saja, sekarang ini kontrak kerjanya meliputi areal seluas sekitar 130 hektar.

Pendapatan Jumadi semakin besar bila dihitung dari penghasilan usaha jasa penyewaan enam traktor besar, satu truk, dan hasil dua hektar tanaman sawit miliknya di Pekanbaru.

Bukan hanya uang yang didapat Jumadi dari hasil kerja kerasnya. Di lingkungannya, dia telah tampil menjadi sosok ”panutan” para petani dalam urusan mengadopsi teknologi pertanian. Berbagai uji coba penanaman benih jagung varietas baru, pola pertanaman, pemupukan, hingga proses pascapanen kerap dilakukan di lahan Jumadi.

”Saya tidak alergi dengan teknologi pertanian baru. Setiap kali ada benih varietas baru, saya rela mengorbankan dua hektar untuk lahan uji coba. Kalau hasilnya bagus, semua lahan saya pertaruhkan,” katanya.

Tanam cabai
Keberhasilan Jumadi meniti ”karier” sebagai petani tentu tidak semudah kita membalikkan telapak tangan. Melalui fase berkali-kali ”jatuh-bangun”, Jumadi baru bisa mengenyam hasil kerja kerasnya selama ini. Kesulitan yang dihadapi Jumadi sebenarnya khas kesulitan nyaris setiap petani kecil. Misalnya, dia sulit mengakses permodalan, gagal panen, tanamannya terserang hama, dan jatuhnya harga komoditas pertanian di pasar.

Pernah suatu ketika Jumadi ditolak bank saat berniat meminjam dana Rp 500.000 untuk modal penanaman. Terpaksa dia meminjam uang yang sangat dibutuhkannya itu kepada seorang lintah darat dengan bunga 10 persen per bulan.

Juga pernah berhektar-hektar tanaman jagung di arealnya terserang ulat penggerek batang dan tongkol. Akibatnya, Jumadi hanya mendapat hasil sekitar 20 persen. Pernah pula ketika panen bagus, tetapi pada waktu bersamaan harga komoditas pertanian mendadak ”jatuh”. Tidak ada pilihan bagi Jumadi, selain harus menerima kerugian. Namun, dengan berjalannya waktu, semua rintangan itu mampu dilalui Jumadi dengan kepercayaan diri dan sikap tidak mudah patah arang.

Jumadi bercerita, awal dia menekuni usaha tani pada 1991, hanya dengan modal tanah garapan milik orangtua seluas sekitar 0,75 hektar. Ketika itu dia sempat merasa mendapat jatah lahan garapan terlalu sempit. Anak pertama dari delapan bersaudara ini lalu memutuskan menanam cabai. Alasannya sederhana, karena tanaman cabai bisa mendatangkan untung berlipat ganda.

”Menjadi petani cabai itu kalau lagi bagus nyugihi (membuat petani kaya). Tetapi kalau apes mudhani (menelanjangi alias mendadak miskin). Karena modal bertani cabai itu per hektar bisa mencapai sekitar Rp 25 juta,” kata Jumadi mengenang.

Oleh karena tak mau merugi pada awal menggeluti usaha tani, Jumadi serius mempelajari teknik budidaya cabai, sekaligus menghitung waktu penanaman yang tepat. Ini penting agar saat panen harga cabainya tak jatuh. Ketekunan Jumadi membuahkan hasil. Produktivitas cabai yang dia tanam tinggi. Harga pasar cabai Rp 2.800 per kilogram, harga yang fantastis kala itu.
Berkat keberhasilan panen cabainya, dalam tempo dua tahun Jumadi mampu membeli lahan kering baru 1,5 hektar. Akumulasi tanah yang baru dia beli dan tanah garapan orangtua membuat penghasilannya berlipat.

Komoditas yang dia tanam pun semakin bervariasi, tak hanya cabai, tetapi juga semangka dan jagung. Pikirnya, semakin variatif jenis tanaman makin baik karena risiko bangkrut makin kecil.
Meskipun pertambahan luas lahan Jumadi cukup cepat dibandingkan petani lain di daerahnya, dia belum puas. Jumadi lalu menyewa lahan, sekaligus membeli lahan kalau ada yang menjual.


Hitung-hitungan Jumadi kala itu menunjukkan, dengan tanah sewa sekalipun, usaha pertanian cabai masih menguntungkan. Meningkatnya luas areal tanam membuat penghasilannya bertambah. Dalam waktu lima tahun, lahan kering milik Jumadi sudah mencapai 10 hektar.

Tahun 1998 dia melihat peluang usaha transportasi komoditas pertanian, dari tempat produksi ke pusat pasar, bisa menguntungkan. Jumadi pun membeli satu truk. Dua tahun kemudian dia menambah armada angkutan menjadi tiga unit. Jumadi juga melirik usaha penyewaan traktor. Selain untuk mengolah lahan sendiri, pendapatan dari penyewaan traktor juga bisa Rp 100.000 per hari.

Terbukti menguntungkan, jumlah traktor dia tambah. Pada 2003 Jumadi memiliki empat traktor, yang dia beli seharga sekitar Rp 200 juta per unit dalam kondisi bekas pakai.

Berdinding papan
Tahun 2003, meski telah memiliki lebih dari 15 hektar lahan kering, tiga truk, dan empat traktor, Jumadi belum tergiur membangun rumah besar. Rumahnya sempit dan berdinding papan. ”Prinsip saya, rumah bisa dibangun kapan saja, tetapi tidak setiap hari orang mau menjual lahan pertanian,” katanya.

Maka, walaupun dia mempunyai tiga truk, enam traktor, dua mobil Kijang, dan tujuh sepeda motor—sebagai alat transportasi ke kebun bagi para pekerja—Jumadi tak segan menjual barang untuk membeli tanah bila ada orang yang menjual. Tiap tahun setidaknya dia membeli 1-2 hektar lahan. Bahkan, pada 2006 dia membeli enam hektar lahan.

Seiring dengan pertambahan lahan, penghasilan Jumadi pun meningkat. Keuntungan dari usaha bertani jagung makin berlipat, apalagi sejak 2006 harga jagung naik sampai 300 persen. Hal yang menyenangkannya, usaha yang dilakukan itu juga mendatangkan berkah bagi para tetangga. Setidaknya, setiap musim tanam dan panen tiba puluhan orang bisa mendapat penghasilan dari bekerja di lahan Jumadi

source :

Wednesday, August 13, 2008

Teras Batik, Sebuah Langkah Awal !






Sebenarnya sudah sangat lama saya memimpikan memiliki sebuah toko batik. Sebagai orang Pekalongan yang sehari hari memakai batik, melihat proses pembuatan batik dan menghabiskan masa kecil membantu orang tua berdagang batik, saya kadang ngiri melihat temen temen yang memiliki beberapa toko batik.

Apalagi setahun belakangan ini, Batik menjadi sebegitu memasyarakat. Semua orang memakai batik sebagai busana sehari hari. Pekerja kantoran juga tidak canggung lagi memakai batik di hari jum’at. Presiden dan pejabat pemerintah juga sangat getol memakai batik dalam acara acara mereka. Bahkan Bill Gates pun waktu berkunjung ke Indonesia memakai batik.

Kita patut bersyukur atas klaim Malaysia terhadap batik sebagai warisan budaya asli mereka. Tanpa klaim Malaysia bisa bisa masyarakat masih malu malu atau tidak punya semangat memakai batik....he..he biasalah, sesuatu yang menjadi milik kita turun temurun biasanya kurang dihargai masyarakat kita sendiri.

Tapi begitu diklaim pihak lain, ego kita langsung naik dan baru merasa warisan berharga itu mesti dijaga... semoga kebiasaan memakai batik ini bisa bertahan lama dan mentradisi kembali...

Nah, mimpi saya membuka toko batik itupun akhirnya terlaksana. Tanggal 3 agustus 2008 kemarin toko batik pertama kami dibuka. Kami namai Teras Batik, karena memang tokonya hanya memanfaatkan teras rumah seluas 4x4 M. Dengan display yang masih sangat sederhana dan koleksi yang belum terlalu banyak.

Satu hal yang membuat saya cukup surprise adalah hari pertama buka omzet toko kecil kami mencapai Rp. 800,000. Sebuah angka yang patut di syukuri. Semoga omsetnya selalu naik seiring makin mendekatnya bulan puasa dan Idul Fitri dimana orang biasanya berbelanja pakaian baru.

Yang paling penting buat saya sebenarnya hanyalah memulai. Sekecil apapun bentuk toko itu, sesedikit apapun koleksi yang ada dan sesederhana apapun bentuk nya, langkah awal sudah diayunkan.

Seperti juga orang naik sepeda, diawal awal biasa jatuh bangun, membentuk keseimbangan rasanya susah. Namun bila sudah memulai, keseimbangan sudah otomatis bekerja, tinggal kita mengarahkan kemudi hendak kemana dan jaga stamina untuk mengayuhnya....

Semoga langkah kecil ini menjadi permulaan untuk toko toko berikutnya....

Bagi temen temen yang mau berbelanja, kulakan, menjadi supplier atapun sekedar melihat lihat dan sharing pengalaman mengenai batik. Silahkan mampir ke toko saya di : Jl. Palmerah II No. 2 Jakarta Barat.

Toko ini sehari hari dikelola oleh Ibu Dewi, mitra bisnis saya yang bisa anda hubungi di
021 3094 3955 atau 0856 318 8696.

Wednesday, August 06, 2008

Karet Rakyat dan Bendera Partai


Bulan Juli lalu merupakan bulan yang sangat sibuk buat saya dan merupakan rekor tersendiri dalam sejarah perjalanan dinas sepanjang karir saya. Bagi Anda yang ber profesi sebagai sales mungkin ini merupakan hal biasa. Tapi bagi saya ini tetep merupakan sebuah rekor.

Dalam setengah bulan Juli lalu saya memecahkan rekor mengunjungi enam propinsi untuk lima perjalanan dinas dan satu perjalanan wisata keluarga.

Perjalanan dimulai dari Bali tanggal 10 – 12 July. Perjalanan ke Bali juga merupakan kunjungan pertama saya ke Bali dan menginap. Walaupun sudah sering ke transit atau one day visit, belum pernah sekalipun saya ke menginap dan menghabiskan beberapa hari di Bali.

Bermalam dan kemudian breakfast di Nusa Dua. Lunch di seminyak sambil melihat lihat turis lalu lalang naik sepeda motor dan dinner yang sangat indah di pantai Jimbaran dengan menu udang galah bakar, ikan bakar dan cumi bakar yang sangat nikmat. Apalagi sambil menikmati suara deburan ombak dan angin pantai yang sejuk. Sambil hati selalu berdo’a semoga tidak ada bom meledak seperti kejadian beberapa tahun berselang.....

Minggu ketiga July saya kembali mengunjungi Lampung menengok petani petani singkong binaan di sana. Seperti biasa masalah klasik selalu mengemuka; pupuk langka, infrastruktur jelek kalau hujan dan makin mahalnya tenaga buruh. Namun kali ini ada masalah lain yang lebih gawat; yaitu makin seringnya terjadi pencurian singkong. Hal ini terjadi seiring naiknya harga singkong sehingga makin ekonomis untuk di curi.....

Hal lain yang membuat saya sedikit gundah adalah harga singkong tetap tinggi walaupun harga tepung sudah turun. Fenomena apa ini ? biasanya harga singkong adalah derivatif harga tepung. Kalau tepung naik, maka singkong naik. Begitu juga kalo harga tepung turun, harga singkong mengikutinya. Apa ini terkait konversi singkong dari food ke fuel ? padahal belum ada pabrik bio fuel di Lampung yang sudah beroperasi komersil....... rumors effect kah.............? jadi kayak harga saham saja !

Weekend Minggu ketiga saya sempatkan bersama keluarga mengunjungi dan bermalam di Taman Safari Indonesia. Masih tetap dingin seperti dulu kalau malam. Namun kalau saya perhatikan koleksi harimau dan singanya jauh berkurang dibanding beberapa tahun lalu. ........

Minggu keempat saya mengunjungi dua propinsi di Kalimantan. Mendarat di Palangkaraya, Kalimantan Tengah dan lewat jalan darat kurang lebih lima jam menuju Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Ini juga perjalanan darat pertama saya di Kalimantan. Biasanya saya hanya mengunjungi satu lokasi dan kembali ke Jakarta.

Berbicara Kalimantan tentu tidak bisa lepas dari Sawit dan Batu Bara. Semua investor lokal dan asing sejak lima tahun lalu menyerbu Kalimantan mencari lahan lahan baru untuk sawit.

Seiring kenaikan harga batu bara, tambang tambang tradisional yang dulu kurang ekonomis pun kini moncer diburu investor asing ber modal cekak. Terutama investor China dan Korea....di beberapa hotel tempat saya menginap, hampir selalu saya temui orang China atau Korea terlibat pembicaraan serius dengan broker broker lokal, menggelar peta peta ijin lokasi atau ijin tambang.....denyut ekonomi berdetak kencang disini......

Lima hari di Kalimantan dan menginap di empat hotel yang berbeda, perjalanan darat yang melelahkan karena jeleknya infrastruktur serta kemacetan di areal areal pertambangan karena truk truk batu bara memang membuat badan capek...saya terserang flu dua hari terakhir di sana...

Minggu terakhir Juli saya masih menyempatkan diri mengunjungi Jambi, sebuah propinsi di pulau Sumatera yang Wagub nya sedang bermasalah kesambet kasus dana BLBI.....di daerah ini karet dan sawit tetap merajai sebagai komoditas utama......

Dari semua perjalanan itu..ada dua hal utama yang sangat menarik yang saya amati.

Pertama adalah maraknya perkebunan karet rakyat dimana mana...kalimantan tengah, kalimantan selatan, lampung dan jambi. Mereka membuka lahan lahan tidur eks HPH, menanam karet skala kecil 5 – 100 Ha....bahkan sampai ke desa desa terpencil di pedalaman Kalimantan tengah pun ada...... 5 – 10 tahun lagi, pasti booming karet di Indonesia dan mengalahkan Thailand sebagai produsen karet nomor satu dunia.

Tidaklah heran kalau Goldman Sach memprediksi Indonesia akan menjadi salah satu kekuatan utama ekonomi dunia tahun 2025 dengan dua produk unggulan karet dan sawit.

Hal kedua adalah maraknya bendera partai partai, bahkan sampai ke pelosok pelosok desa terpencil. Baik partai lama maupun partai baru sama sama agresif mulai berkampanye. Menyebar bendera dan papan papan iklan sampai pelosok desa. Poster poster Wiranto dengan Hanura nya berkibar dimana mana... Memang untuk ukuran partai baru Hanura lah yang paling banyak bendera dan poster nya..... Maklum saja modalnya memang kuat, entah darimana uangnya....

Ya, saya sangat bersykur dengan dua hal ini....artinya imbas ekonomi kenaikan harga komoditi sudah sampai pelosok pelosok desa, walaupun mungkin dananya berasal dari investor kota, minimal ekonomi pedesaan mulai menggeliat.

Yang kedua; demokrasi sebagai berkah reformasi sepuluh tahun lalu juga sudah merambah pelosok desa...walaupun baru sebatas jargon dan poster....ini juga patut di syukuri....

Sebagai sebuah bangsa yang besar, tentu tidak semudah membalik telapak tangan membudayakan demokrasi di Indonesia.......masih dibutuhkan kerja keras membangun peradaban.........

Salam sukses !