Wednesday, May 28, 2008

EBA - Emotional Bank Account


Seberapa seringkah Anda mengecek rekening bank Anda? setiap hari ? seminggu sekali ? atau sebulan sekali ?. Saya yakin setidak tidaknya Anda mengecek rekening Anda sebulan sekali, terutama setelah gajian.

Pernahkah Anda mengecek Emotional Bank Account (EBA) Anda ? atau pertanyaannya saya ubah ? Pernahkan anda mendengar istilah diatas ?. Saya yakin banyak dari kita tidak pernah mengeceknya, atau bahkan belum pernah mendengar dan tahu ada istilah ini.

Tahukah Anda bahwa EBA ternyata sangat berpengaruh dalam kesuksesan seseorang, baik dalam kehidupan pribadi, karir maupun kehidupan di komunitasnya.

Stephen Covey dalam The Seven Habits of Highly Effective People menggambarkan EBA sebagai "the amount of trust that’s been built up in a relationship”.

Menurut Covey, ada enam cara bisa dilakukan untuk menumpuk deposit energi positif anda; yaitu; understanding the individual; attending to little things; keeping commitments; clarifying expectations; showing personal integrity; and apologizing sincerely when you make a "withdrawal".

Kalau kita jeli mengamati tindakan dan perilaku setiap orang yang kita kenal, kita akan menemukan sebuah pertanyaan besar, kenapa ada orang orang yang dengan mudah memperoleh apa apa yang diinginkannya, baik dalam pekerjaan maupun dalam kepentingan pribadi nya.

Sementara ada orang orang lain pula yang susah untuk mencapai tujuan atau yang diinginkannya, atau mesti bekerja lebih keras dan berdarah darah untuk memperolehnya ?

Apakah ini sebuah kebetulan atau takdir bagi orang tersebut ? atau orang orang yang gampang memperoleh bantuan orang lain itu memiliki karakteristik tertentu ?.

Konsep EBA menjelaskan bahwa orang bisa dengan mudah memperoleh bantuan atau dukungan dari semua pihak, bahkan dari alam, kalau EBA nya selalu surplus. Artinya dia sudah begitu banyak ber investasi kebaikan / emosi positif kepada pihak pihak lain, baik yang terkait dengan pekerjaannya atau tidak.

Nah pada saat dia membutuhkan dukungan atau bantuan tersebut, seolah olah dia tinggal menarik saldo bank nya.

Bayangkan dengan orang orang yang memiliki deficit EBA, pasti akan sangat susah baginya memperoleh dukungan dan bantuan orang lain, karena investasi yang dia tanam adalah citra diri yang buruk. Alih alih untuk memperoleh dukungan atau bantuan pihak lain, malah semua orang seolah olah berkonspirasi mempersulitnya.

Berdasarkan pengamatan dan sedikit pengalaman hidup saya, EBA sebenarnya bukanlah sebuah konsep kebetulan, ataupun pamrih dalam berbuat baik terhadap orang lain. Bukan pula sebuah upaya menjilat rekan, atasan ataupun orang lain.

Tapi EBA bisa di rencanakan sebagai suatu alat untuk mempercepat dan mempermudah jalan sukses Anda.

Sebagai contoh, Anda sudah memiliki tujuan untuk menjadi Apa / memperoleh Apa dalam lima tahun ke depan. Anda tinggal bayangkan dan petakan jalan jalan mana yang akan dilalui untuk mencapai sukses tersebut. Orang orang seperti apa yang akan anda temui. Keahlian keahlian apa yang anda perlukan.

Setelah kita petakan, anda tinggal memulainya untuk investasi kebaikan terhadap orang orang yang memiliki keahlian keahlian yang anda butuhkan di sepanjang jalan sukses anda itu.

Mulai dari yang kecil kecil, yang gratis tidak ada biayanya seperti; berkenalan, menyapa, menanyakan kesehatan dan keluarganya. Sertakan seluruh empati Anda ke mereka. Anda lakukan satu demi satu, bulan demi bulan, tahun demi tahun.

Saya yakin dalam lima tahun tujuan Anda pasti akan tercapai dengan mudah dengan dukungan semua orang tersebut.

Sekarang saatnya Anda memulai. Tengok kanan kiri, depan belakang Anda. Sapa rekan kerja Anda dengan penuh empati, sertakan semua emosi baik yang anda miliki.

Tanyakan kabarnya hari ini, bagaimana kabar keluarganya ? istri nya ? anak anaknya ?. Niscaya dia akan bercerita dengan antusias, andapun menjadi akrab kembali.

Nah tidak terasa bukan ? Anda sudah memulainya..! Tinggal anda teruskan ke semua orang terdekat anda dan orang orang di sepanjang jalan sukses Anda.

Semoga bermanfaat
NB.
Artikel ini terinspirasi oleh kakak tertua saya yg sering meneriakkan 'put your emotional investment !. Maklumlah beliau salah satu direktur MLM besar di Indonesia. Konon penjualan MLM sebagian besar di drive oleh emotional motive. Belakangan saya menemukan artikel dengan judul sama dalam blog rekan Rosihan Raja Distro. Saya menuliskannya ulang sesuai dengan pengalaman hidup yang saya temui di kantor maupun di luar. Semoga bermanfaat.

Friday, May 23, 2008

Meet Joe Kamdani


Usia boleh kepala tujuh. Namun passion dan spirit haruslah sebagaimana anak muda usia tigapuluhan. Begitulah kira kira filosofi hidup Joe Kamdani. Founder dan Mentor Datascrip ini dikenal penyuka olah raga yang berisiko yang banyak digemari anak anak muda. Selancar air, sky ice, menyelam, naik gunung dan menjelajahi gua gua purba adalah olah raga kegemarannya.

Begitu juga ketika saya bertemu tadi malam dalam forum CEO Speak yang diselenggarakan oleh BINUS. Pak Joe baru saja pulang dari pedalaman Kalimantan, menjelajah hutan, gua gua purba, bertemu suku suku dayak pedalaman dan makan makanan yang bahkan anda belum pernah dengar. Jangan lagi bisa di temui di restoran restoran di Jakarta.

Pak Joe mendirikan Datascrip tahun 1969. Bermula dari sebuah toko retail ATK dan sekarang menjelma menjadi sebuah perusahaan besar yang menawarkan Business Solution. Melalui forum CEO Speak ini Pak Joe berbagi pengalaman dan spirit dengan kami kami yang masih junior.

Company Category
Menurut beliau, sebuah perusahaan baru setidak tidaknya bisa di kategorikan menjadi empat jenis, yaitu :

The Clone Company, sebuah perusahaan baru yag didirkan oleh perusahaan induk. Semua system dan procedure di perusahaan induk yang sudah mapan. Diaplikasikan secara sama dan sebangun dalam perusahaan seperti ini. Contoh perusahaan seperti ini adalah McDonald, KFC dan usaha usaha franchise lainnya.

The Professor Company, sebuah perusahaan yang didirikan oleh pendirinya yang mempunyai background keahlian khusus. Bila kita mempunyai keahlian arsitek atau sipil maka kita mendirikan konsultan arsitek atau kontraktor property. Group Ciputra termasuk category perusahaan ini.

The Mama’s Boy, sebuah perusahaan yang didirikan dengan fasilitas pihak lain. Seorang anak konglomerat memanfaatkan ketenaran dan rsourcess bapaknya untuk mendirikan perusahaan. Atau bisa juga perusahaan yang memanfaatkan pejabat Negara untuk mempercepat usahanya.

The Street Fighter, sebuah perusahaan yang tidak memiliki kategori ketiga diatas. Tapi pendirinya nekat mendirikan perusahaan dengan modal Dream dan Strong Will. Datascrip termasuk kategori perusahaan ini.

Kita boleh saja memiliki perusahaan dari keempat category diatas. Dan semua bisa sukses. Namun untuk menjamin sukses yang sustainable, karakteristik the street fighter, Dream & Strong Will, harus tetap dimiliki. Tanpa kedua unsur ini perusahaan hanya survive dalam jangka pendek.

Usia boleh 72. Semangat mengajar masih menyala nyala


Keep Dancing
Hal menarik lain yang diungkapkan beliau adalah pengalaman saat menghadapi krisis ekonomi 1998. Untuk bertahan dari krisis beliau menerapkan filosofi keep dancing. Kita harus selalu berdansa. Selalu bergerak.

Bila memperoleh keuntungan kita dansa melingkar dengan lingkaran semakin besar. Bila cuman break even kita dansa dalam lingkaran yang tetap. Bahkan bila rugipun kita tetap harus berdansa dengan lingkaran yang makin menyempit.

Inti dari filosofi ini adalah kita harus tetap bergerak. Untuk bergerak kita butuh darah. Darah dalam sebuah perusahaan adalah cash flow. Beliau menekankan betapa pentingnya cash flow. Dalam situasi krisis jual rugi hal biasa. Yang paling penting cash flow tetap harus jalan.

Mendengar penuturan ini saya jadi teringat pengalaman saya dengan perusahaan kami PT. Global Visi Mandiri yang juga pernah saya tuturkan dalam blog ini dengan judul Cash Flow is King.

Ternyata Pak Joe mengalaminya juga dan menjadikan hal ini sebagai filosofi bisnisnya ketika menghadapi krisis. Kalau Pak Joe mengalami dan sayapun mengalami hal yang sama dalam membangun bisnis.
Sayapun bisa berharap perusahaan saya bisa sebesar dan sesukses perusahaan yang Pak Joe kelola. Inilah Dream & Strong Will saya.
Salam Sukses ! Keep Dancing !

CEO Global Visi Mandiri terlihat akrab bersama Founder & Mentor Datascrip

Thursday, May 22, 2008

Fighting Spirit


Britain Rule the Waves ! Begitu semboyan kerajaan Inggris raya abad ke 19. Semboyan itu masih relevan hingga sekarang. Namun dalam kancah yang berbeda. Kancah sepakbola dunia.
Hampir seluruh bintang top dari berbagai penjuru dunia merumput di Liga Inggris. Liga terbaik dan paling menguntungkan saat ini.

Ajang kompetisi Liga Champion membuktikannya. Kompetisi antar juara liga Eropa ini menempatkan tiga tim Inggris dalam semifinal dan sesama tim Inggris dalam final yang di gelar semalam. Manchester United vs Chelsea.

Walau sangat terkantuk kantuk karena jadwal pertandingan yang tidak bersahabat. Saya harus sempatkan menonton. Hanya setahun sekali pertarungan final Liga Champion bisa ditonton. Dan belum tentu sepuluh tahun sekali final sesama tim Inggris bisa terulang.

Menyaksikan pertandingan semalam ibarat menyaksikan pertempuran dahsyat di medan perang. Kedua Jenderal beradu strategi dan prajurit prajurit dengan fighting spirit yang nggilani menampilkan kemampuan terbaik mereka.

Bagi saya kedua tim adalah pemenang. Ronaldo, seperti biasa, mencetak gol indah untuk MU di menit ke 26. Namun Chelsea juga tidak pernah mengendorkan irama permainan untuk mencoba meyamakan kedudukan. Gol balasan itupun lahir melalui kaki Frank Lampard hanya beberapa detik menjelang babak pertama usai. Fighting spirit memang tidak boleh kendor sampai peluit panjang berbunyi.

Pertandingan babak kedua tidak menghasilkan gol. Begitu juga perpanjangan waktu 2x15 menit tidak merubah kedudukan 1 – 1. Dan drama kehidupanpun kembali tampil dalam bentuknya yang lain.

Ironi Ronaldo dan John Terry
Adu penalti hanya memperpanjang masa penantian sang juara. Detik detik sangat mendebarkan. Bahkan Abramovich, juragan Chelsea, yang dalam hidupnya pasti terbiasa dengan deal bisnis jutaan dolar terlihat gelisah di kursinya.

Tendangan ketiga MU seolah membuka peluang Chelsea untuk juara. Ronaldo, top scorer liga inggris, pemain terbaik Eropa dan pencetak gol satu satunya MU gagal mengeksekusi penalti. Peter Cech dengan sangat akurat memblok tendangannya. Lebih tepatnya memblok dengan separuh dada dan lehernya.

Pendukung Chelsea pun bersorak seolah olah piala sudah di genggaman. Namun John Terry gagal menceploskan bola ke gawang Van der Sar. Sang kapten grogi mungkin karena sebelum pertandingan sudah melancarkan perang urat syaraf untuk mengambil alih ban Kapten Tim Nasional Inggris dari Rio Fredinand, kapten MU.

Kedudukanpun menjadi imbang 4 - 4

Dosa Anelka
Anelka merupakan penendang ke tujuh Chelsea. Entah sejak menit keberapa pemain bengal ini masuk. Namun dia lah pencipta drama yang sebenarnya. Tendangannya di blok dengan brilian oleh Van der Sar dan airmata puluhan ribu pendukung Chelse pun runtuh. Mimpi Abramovich untuk menggenggam piala Champion di tanah kelahirannya pun musnah.

Permainan tetaplah permainan. Bisnis tetaplah bisnis. Drama tetaplah drama. Siapapun pemenangnya tahun depan kita saksikan permainan yang sama, bisnis yang sama dan drama yang sama. Hanya pemerannya boleh berganti ganti atau bahkan bertukar tempat. Pelatih boleh datang dan pergi. Pemain boleh silih berganti.

Namun permainan haruslah tetap indah. Fighting spirits haruslah tetap menjadi jiwa permainan ini.

Wednesday, May 21, 2008

Cash Flow is King


Profit is important but cash flow is KING ! begitu yang sering diteriakkan oleh rekan bisnis saya. Entah mengutip dari mana kata kata ini. Namun semakin lama saya renungkan, filosofi ini semakin menemukan kebenarannya.

Arus kas (cash flow) ibarat sebuah darah dalam manajemen perusahaan. Tanpa arus kas yang sehat kita lemes, penyakitan atau bahkan langsung stroke dan mati kalau darah ke otak tersumbat.

Saya masih suka salah dalam menentukan proyek proyek mana yang mau diambil dan mana yang harus ditinggalkan. Kadang saya hanya berpedoman pada Contribution Margin. Pendapatan atau penjualan dikurangi semua variable cost. Bila Contribution Margin diatas 10% maka proyek saya ambil, bila tidak maka tinggalkan saja.

Pendekatan ini cukup bagus dan boleh boleh saja dilakukan sepanjang kita punya banyak cash nganggur. Namun buat pengusaha pegel (pengusaha golongan ekonomi lemah), pendekatan Contribution Margin bisa menimbulkan jebakan cash flow. Bisa saja CM nya tinggi tapi ternyata cash flow nya seret.

Kalau ini yang terjadi profit yang sudah didepan mata kegerus oleh biaya modal. Apalagi kalo modal dari bank berbunga tinggi. Banyak pegel nekat yang pake kartu kredit, makin pusinglah kita kalo ini yang terjadi.

Untuk menghindari jebakan cash flow, beberapa langkah bisa kita lakukan :

Kontrak penjualan atau surat perintah kerja yang jelas. Cantumkan berapa lama credit term kita berikan dan sanksi apabila pembayaran mundur. Mencantumkan credit term dan sanksi membuat customer berpikir ulang untuk menunda pembayaran. Kalau mundur, kitapun harus berani mengeksekusi nya.

Riset kecil. Lakukan riset kecil terhadap semua customer atau klien baru kita. Nilai kondisi kesehatan arus kas nya. Riset bisa dilakukan melalui rekanan bisnis mereka atau dari karyawan perusahaan itu. Banyak data bisa kita gali disini. Klien lamapun harus kita monitor kesehatannya.

Kalkulasi project. Lakukan kalkulasi untuk setiap projek atau pemenuhan order dengan credit term. Pastikan kita punya safety cash seandainya klien menunda pembayaran satu atau dua minggu. Atau bahkan bulanan.

Mintalah Pembayaran Cash atau DP. Credit term banyak diberikan pada penjualan atau kontrak non retail. Walaupun begitu kita bisa saja minta cash atau DP untuk memperkecil resiko jebakan cash flow.

Saya banyak mengambil pelajaran dari rekan dalam pengambilan keputusan proyek. Dia mendefiniskan resiko setiap proyek dengan sangat sederhana dan akurat :

Mendapatkan proyek -> Peluang
Menyelesaikan proyek -> Menciptakan resiko
Meneriman pembayaran on time -> Baru bener bener profit

Semoga bermanfaat

Monday, May 19, 2008

100 Tahun Kebangkitan Nasional



Dear seluruh pembaca setia blog Visimandiri.

Besok, hari Selasa tanggal 20 Mei 2008 kita bangsa Indonesia memperingati 100 tahun Hari Kebangkitan Nasional. Warisan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang telah diperjuangkan oleh para pendiri Bangsa ini, marilah kita jaga, kita rawat dan kita perjuangkan menjadi sebuah Negara yang kuat dan menyejahterakan Rakyatnya.

Marilah kita bernyanyi bersama, lagu kebangsaan kita :

Indonesia Raya

Indonesia tanah airku, Tanah tumpah darahku.
Disanalah aku berdiri, Jadi pandu ibuku.
Indonesia kebangsaanku, Bangsa dan Tanah Airku.
Marilah kita berseru "Indonesia bersatu."

Hiduplah tanahku, Hiduplah negriku,
Bangsaku, Rakyatku, semuanya.
Bangunlah jiwanya, Bangunlah badannya.
Untuk Indonesia Raya.

Refrein:
Indonesia Raya,
Merdeka, Merdeka
Tanahku, negriku yang kucinta.

Indonesia Raya,
Merdeka, Merdeka
Hiduplah Indonesia Raya.

Indonesia Raya,
Merdeka, Merdeka
Tanahku, negriku yang kucinta.

Indonesia Raya,
Merdeka, Merdeka
Hiduplah Indonesia Raya.

Bait 2:
Indonesia! Tanah yang mulia, Tanah kita yang kaya.
Di sanalah aku berada Untuk slama-lamanya.
Indonesia, Tanah pusaka, Pusaka Kita semuanya.
Marilah kita mendoa, "Indonesia bahagia!"

Suburlah Tanahnya, Suburlah jiwanya,
Bangsanya, Rakyatnya semuanya.
Sadarlah hatinya, Sadarlah budinya.
Untuk Indonesia Raya.

Bait 3:
Indonesia! Tanah yang suci, Tanah kita yang sakti.
Disanalah aku berdiri menjaga ibu sejati.
Indonesia! Tanah berseri, Tanah yang aku sayangi.
Marilah kita berjanji: "Indonesia abadi!"

Slamatlah Rakyatnya, Slamatlah putranya,
Pulaunya, lautnya semuanya.
Majulah Negrinya, Majulah Pandunya.
Untuk Indonesia Raya.

NB. Kayaknya lagu yang saya kutip versi Indonesia Raya yang original dan panjang itu ya ? entahlah aku ambilnya dari www.wikipedia.org sih. Yang penting semangat kebangkitannya kan.

Sunday, May 18, 2008

Pepsi Generation


“Succession” must be Indonesia’s theme this year – and certainly for this month. Yet while most successful changes in leadership are celebrated, Indonesians have witnessed mutual finger-pointing and black campaigns with well-publicized successions just around the corne.


There has been front page news over the race for Bank Indonesia’s new governor and hot gossip at major corporations, organizations, institutions and at the national level.

It is no secret that nearing year’s end, everyone will be speculating on the second direct presidential election next year. From the beginning of this year we have seen successions at the helm of the powerful Corruption Eradication Committee (KPK), the top management in Bank Negara Indonesia (BNI) and the conglomerate Bakrie & Brothers.

Coming up are some super-successions, with not only a change in the governor of the central bank but also of the chairman of the Constitutional Court. Towards the end of the year the leaders of the Supreme Court will also end their terms. Even my small organization, HIPMI, composed of 25,000 young entrepreneurs, will select its new leader in July this year.

Thanks to its strict principle of one-term chairmanships, I can not re-elect myself and a new leader must emerge.These events are hyped and hectic, but we should try and learn from outgoing leaders and their successors. Fine examples of succession are rare in Indonesia.

From the days of former Presidents Sukarno and Suharto - the first and second leaders of the country - the transitional period has not a peaceful process, much less a story with a happy ending. Subsequent presidents went down similar unhappy paths.

In the past, it was possible to keep the bickering over most successions involving major state officials hidden behind a screen because of the authoritarian nature of our rulers. That was until reform arrived when Suharto was forced to step down. Now, such bickering is not only revealed, but magnified thanks to a free media, although with all this so-called freedom there is still not much more the public can learn.

So what is a good succession - and why have we as a nation seen so little of it?

Authority
Let’s begin with what a succession is not.

First, a succession is not merely about leaving what one has built in order to have it taken over by a new appointee. Rather, it is about believing that a brighter future is always possible when the authority is handed over to a capable and trustworthy individual no matter what changes he or she will make.

Second, a real succession is not about a senior passing the baton to a junior. Rather, it is about handing over what is already good to become even better.

Third, a succession is not about losing a position. Rather, it is about passing the mandate to lead to others for a better tomorrow.

Fourth, a real succession is not about giving up a title when there is a higher or more powerful one ready for the taking. Rather, it is about releasing authority when there are others better placed to do the job.

Fifth, a real succession is not about appointing a person who looks up to us. Rather, it is about preparing those who are crazy enough to identify our weaknesses and tell us to change course simply because they are concerned about what is better for the organization.

Sixth, a real succession is not so much about competition - it is about sharing the same vision.

Seventh, a real succession is full of celebration, not suspicion.

Salsa partners
Just like a couple in a perfect salsa dance, a real succession celebrates the outgoing leader, hails the incoming successor and places everyone in the organization, company or country, in perfect step.

Let’s learn from Pepsi Co, a company that has evolved through decades of very real and highly envied succession.

Fortune magazine recently amazed and entertained readers with one big question: “What Makes Pepsi Great?” This article featured Indra Nooyi – Pepsi’s first female Chief Executive Officer.

The answer turns out to be beyond the genius of Nooyi and much less about its highly successful soda-free beverage. Pepsi’s success is also much bigger than its well-planned acquisition of Quaker Oats and Tropicana.

And it has little to do with Pepsi’s billion-dollar shift to supporting worthwhile causes into the company’s operation and culture. The answer to Pepsi’s success goes back to three leaders before Nooyi and every period in between.

What makes Pepsi great is a built-in process of preparing and producing a better leader than the current one, a candidate always suitable and driven when the change takes place.

“She is larger than life,” says Roger Enrico, Nooyi’s predecessor. Getting comment from those who led the company before her is not difficult, since she has kept on three of them as respected elders and advisors. “They are my bosses, and my best, best friends,” says Nooyi.

And it is true. Nooyi calls her three seniors from time to time for real business advice and the three welcome her with genuine respect as Pepsi Co. grows bigger and better.

Imagine: three world-class CEOs being available at any one time, all operating with the same intensity as when they were still running the company.

Pepsi, unlike most companies of its size, not only produces leaders, it espouses leadership not as a hollow mantra but believes in it like breakfast, lunch and dinner. Choosing a leader The next million dollar question is: how to choose a successor?

There are many answers, depending on which business books you read. Most say that a great leader prepares his or her successor from day one. So, any time the clock ticks nearer retirement he or she is prepared to hand over the position.

This is not new. What is new is the reasoning behind it - a great leader pursues the best moment to hand off authority when there is a better person prepared to take the leadership role to the next level.

In other words, succession relies less on timing than the need of the organization, companies or countries. Certainly, a few potential successors are better than just one. The best successor will be the individual who shares the same vision and is able to interpret what is in the minds of consumers, investors, and other stakeholders.

Dave Ulrich and Norm Smallwood in their book, Leadership Brand, call this a “unique capability”. In Leadership Brand, a collection of individuals is developed with the long-lasting ability to accept every challenge with the same tenacity, intensity and authenticity.

This is exactly what brands like Pepsi, Coke and Apple have proven. So have local brands such as Mustika Ratu, Teh Botol or Sampoerna. Unfortunately, the same remarkable traits have been absent in members of our parliament and high-ranking state officials.

Choosing a Leader

We can see how the recent successions at KPK and Bank Indonesia were unnecessarily hyped by negative media campaigns and rumors. With such a politically driven succession process the public must question if succession will effect their life for the better. Such a process hardly installs a capable, let alone true leader.

Thankfully, modern Indonesians are far more empowered than those of the past – as consumers, investors or simply voters – and have the power to force a suitable succession when needed. They can do this especially well when their interests are at stake. With such awakening, we must understand that succession is at the core of every leadership.

I firmly believe that a weak leader with a well-meaning succession plan is still a true leader. On the other hand, a strong leader without a succession plan is like a screen saver.

I hope and pray that my own succession at HIPMI in another three months will be smooth and celebrated. I am blessed with so many young entrepreneurs capable of taking this organization from great to outstanding. I hope that my task of grooming several smart successors will be successfully completed when the time comes.

Indonesia has seen very few exemplary successions because Indonesians choose to make them difficult. Once again, succession is like a beautiful dance: It takes two to tango.

By Sandiaga Uno
Source : Globe Asia, April 2008

Sandiaga Uno

Umurnya baru 38 tahun. Prestasinya sungguh membuat orang terkagum kagum. Saat ini beliau menjabat sebagai Ketua Umum HIPMI ( Himpunan Pengusaha Muda Indonesia ).

Majalah Globe Asia edisi Agustus 2007 menobatkan Sandi, demikian panggilan akrabnya, sebagai orang terkaya di Indonesia No. 122 dengan estimasi kekayaan sebesar US $ 80,000,000. Setara dengan Rp. 744 Miliar kalau kita konversikan dengan kurs Rp. 9,300/USD.

Sandiaga Uno memperoleh kekayaan sebesar itu melalui private equity firm yang didirikannya; yaitu; Saratoga Capital yang didirikan pada tahun 1998 dengan partner utama Edwin Soeryadjaya dan Re-Capital yang didirikan pada tahun 1997 bersama sahabat lamanya Rosan Roslani.

Bersama Saratoga, Sandi terlibat dalam mega akuisisi PT Adaro, salah satu perusahaan tambang batu bara terbesar di Indonesia, dan beberapa project infrastruktur yang sedang di genjot oleh pemerintah.

Sementara bersama Re Capital, mereka melakukan project pertama dalam refinancing McDonald's Indonesia pada tahun 1997. Proyek proyek berikutnya meliputi pembelian Bank Tabungan Pensiunan Negara ( BTPN ), Grand Kemang Hotel, Losari Resort dan infrastruktur penyediaan air bersih.

Ayah dari dua putri dan suami Nur Asia ini dikenal cerdas dan punya kemampuan khusus mengendus peluang bisnis yang gemuk. Kedua hal tersebut dikombinasikan dengan kemampuan lobby dan jaringan koleganya yang hebat membuat Saratoga dan Re Capital melesat bak meteor dalam pecaturan private equity firm di Indonesia.

Sandi merupakan kolumnis tetap di Majalah Globe Asia, bahan sorotan utamanya adalah enterpreunership, infrastructure dan sumberdaya manusia Indonesia. Saya termasuk pembaca setia kolom beliau.

Melalui blog ini pula saya akan secara rutin mensosialisasikan ide ide beliau, terutama yang di tulis di Globe Asia. Semoga ide ide brilian ini bisa memberi manfaat dan mempercepat bangkitnya ekonomi Indonesia menjadi salah satu macan Asia kembali.

One day, seandainya Sandi mencalonkan diri menjadi presiden. Saya pasti dengan sepenuh hati mendaftar jadi tim kampanyenya untuk Indonesia yang lebih baik dan sejahtera.

Semoga bermanfaat

Thursday, May 15, 2008

Filosofi Naruto


Bagi Anda yang memiliki anak usia SD dan SMP, mungkin saat liburan seperti sekarang karena adanya Ujian Nasional merupakan saat yang paling mengasyikkan buat mereka.

Waktu senggang bisa di pergunakan untuk main game atau membaca komik favorit. Atau bahkan membaca ulang, mereview edisi edisi sebelumnya dan hunting ke Gramedia menambah koleksi edisi yang terlewat.

Begitu juga yang terjadi pada keluarga kami. Hari Minggu kemarin saat saya mudik ke Pekalongan menengok orang tua. Istri membawa anak anak kami ke Gramedia dan membeli tiga edisi Naruto yang sempet terlewatkan, yaitu; edisi 11, 12 dan 19.

Ya, istri saya membeli Naruto bukan hanya untuk anak anak kami. Tetapi juga untuk dia sendiri dan saya. Bahkan kami kadang berebut dulu duluan membaca. Edisi 19 sangatlah menarik.

Menceritakan pertarungan Orochimaru (Ninja pelarian desa Konohagakure ) dibantu Kabuto melawan Tsunade ( Hokage Kelima desa Konohagakure ), Jiraiya, Shizune dan Naruto.

Pihak Konohagakure hampir hampir kalah. Untung saja Naruto yang semula dianggap anak bawang mampu menyelesaikan latihan ilmu Rasengan nya sehingga menumbangkan Kabuto.

Saya menyukai Naruto karena filosofi nya sangat relevan dengan dunia entrepreneurship.

Tokoh Naruto sendiri adalah anak yang biasa biasa saja, tidak cerdas dan bahkan terkesan bodoh. Jauh dibandingkan teman teman sebanyanya yang sangat cerdas dan berbakat ninja seperti; Sasuke, Shikamaru, Sakura, Temari, Gara dan lainnya.

Bahkan tokoh tokoh senior desa Konohagakure pun berpikiran sama bahwa Naruto tidak memiliki masa depan sebagai ninja hebat. Hanya ada dua tokoh yang berpikiran Naruto masih punya prospek, yaitu kedua guru nya; Jiraiya dan Kakashi.

Herannya Naruto bercita cita menjadi Hokage, pemimpin tertinggi ninja di desanya. Yang lebih mengherankan lagi, Naruto menceritakan cita citanya ini ke semua penduduk desa sehingga sering menjadi bahan tertawaan.

Namun tidaklah salah kalau Masashi Kishimoto memilih profil Naruto sebagai tokoh utama dan judul komik nya.

Walaupun tidak cerdas dan kurang berbakat. Naruto memiliki sifat sifat yang sangat menunjang sukses tidaknya seseorang dalam kehidupan. Bahkan masing masing karakter yang dia miliki merupakan kunci menuju sukses luar biasa.

Karakter karakter apa saja kah yang di miliki Naruto ?

Mau belajar dari siapapun. Naruto tidak pernah segan memuji rekan ataupun lawannya dan selalu bisa belajar sesuatu dari mereka

Tidak pernah menyerah. Orang sukses bukanlah orang yang tidak pernah gagal, tetapi orang yang selalu bisa bangkit dari kegagalan dan mencoba, mencoba, mencoba. Tentu dengan belajar dari setiap kegagalan yang dialami.

Punya keyakinan penuh. Naruto punya keyakinan yang sangat mengerikan. Dia sangat yakin tidak bisa mati sebelum berhasil menjadi Hokage. Apakah anda memiliki keyakinan dahsyat seperti ini ?

Berani mengambil resiko apapun dan mempertaruhkan apapun untuk mencapai cita cita nya. Dalam setiap latihan maupun pertempuran, Naruto selalu berusaha mati matian dan kembali dari tugas dengan luka yang lebih parah dari rekan rekannya.

Larut sepenuhnya. Naruto selalu larut sepenuhnya, menjiwai setiap ilmu yang diajarkan dan menjaga sepenuh jiwa setiap penugasan dari Hokage.

Kalau Anda memiliki karakter karakter Naruto diatas. Saya yakin, apapun profesi Anda. Apapun yang sedang anda lakukan saat ini. Anda pasti menjadi orang yang sangat sukses.

Semangat Naruto !

Rapat Umum Pemegang Saham


Kamis, 13 Mei 2008, group perusahaan kami melakukan RUPS tahunan di Gedung BEJ. Rapat Umum Pemegang Saham merupakan agenda wajib bagi kami yang harus dilaksanakan minimal setahun sekali.

Kami membahas kinerja tahun 2007 dan perencanaan mendetail untuk tahun 2008. Sekaligus mengumumkan jumlah saham yang akan dibagikan ke seluruh pemegang saham.

Kinerja keuangan kami sungguh kinclong. Penjualan konsolidasi seluruh group naik 48 % menjadi Rp. 5.9 triliun dan laba bersih juga naik 49% menjadi Rp. 191 miliar. Laba per saham otomatis juga naik menjadi Rp. 61.28 per saham.

Kenaikan terbesar disumbang dari unit usaha trading BBM yaitu naik dua kali lipat dari Rp. 1.3 triliun menjadi Rp. 2.6 triliun. Dibukanya pintu bagi swasta berbisnis BBM industri ditangkap dengan sangat baik oleh manajemen kami.

Naiknya harga minyak dunia, membuat harga komoditas perkebunan juga naik tajam. Unit usaha Agro kami juga membukukan kenaikan yang bagus sebesar 36% menjadi Rp. 1.5 trilun.

Mulai bertumbuhnya perekonomian juga membuat unit usaha Logistik kami tumbuh signifikan sebesar 21%.

Kami juga mampu beroperasi dengan makin efisien. Ini tercermin dari turunnya biaya operasional sehingga menaikkan profit margin kami dari 5.1% menjadi 6.7%. Laba usaha kami naik menjadi Rp. 393 miliar.

Selesai pemaparan kinerja keuangan 2007, kami lanjutkan dengan pengumuman pembagian deviden sebesar 30% dari net profit. Kami lihat hampir semua pemegang saham tersenyum puas. Kamipun lega !

Acara berikutnya adalah tanya jawab rencana 2008. Ada beberapa poin yang kami paparkan.

Pertama adalah rencana memperkuat unit usaha logistic kami dengan menaikan kapasitas tanki penyimpanan BBM kami menjadi dua kali lipat dipelabuhan pelabuhan besar di Indonesia.

Kedua adalah memperluas unit usaha Agro kami, untuk lebih focus mendapatkan landbank untuk perkebunan singkong. Baik sebagai bahan baku industri kami atau kita switch ke industri bio fuel.

Ketiga adalah focus pada peningkatan sumberdaya manusia dengan pelatihan pelatihan berkualitas. Peningkatan kapasitas bisnis kami harus ditunjang dengan peningkatan kualitas SDM. Tanpa itu, perusahaan akan oleng dan berhenti tumbuh.

Acara tanya jawab rencana kerja tahun 2008 pun selesai. Semua pemegang saham puas dan menyalami President Director group dengan perasaan bangga ikut memiliki saham kami.

Eiit, tunggu dulu ! ternyata mereka tidak menyalami saya. Tetapi menyalami Pak Har ! Oh… ternyata saya yang salah sangka.

RUPS ini bukan RUPS nya Global Mandiri Group milik kami. Ternyata RUPS-nya AKR Group dimana saya bekerja disana.

Insya Allah sepuluh tahun ke depan, saya sudah tidak salah sangka lagi ! dan disalami para pemegang saham yang bahagia.

Monday, May 12, 2008

Terlalu Cepat atau Terlalu Lama ?

Artikel ini merupakan pengalaman pribadi saya terhadap respon orang orang terdekat, saat saya ceritakan mengenai target apa saja yang mesti saya peroleh sampai dengan tahun 2012, pada saat usia memasuki 40 tahun.

Target target tersebut pernah saya tuliskan di blog berjudul Resolusi Maret 2008. Saya minta orang orang terdekat yang mengenal saya dengan baik dan tahu perjalanan hidup saya, sembilan kali pindah pindah kerja dan membuat berbagai macam usaha, untuk membaca tekad tersebut dan memberi masukan. Salah satu target utama yang saya tuliskan adalah mencapai kekayaan bersih sebesar sekian miliar pada tahun 2012.

Istri adalah orang pertama yang saya minta komentar. Setelah membaca blog tersebut kami mendiskusikannya. Respon pertama, istri saya tertawa terpingkal pingkal, merasa geli sambil meraba raba jidat saya. Apa mas sudah mulai gila ?, begitu katanya sambil tertawa.

Bagaimana bisa mencapai kekayaan sekian miliar kalau uang yang kita miliki sekarang sekian sekian dan gaji kita berdua dijadikan satupun cuman sekian. Coba dihitung ulang ! mesti kita berhemat makan sekali sehari, tetap uang sebanyak itu tidak akan tercapai. Belum lagi biaya sekolah tiga anak kita ?.

Saya masih takjub melihat caranya tertawa, tapi otak bawah sadar saya langsung membuat analisa. Ya, kalau acuannya adalah gaji dan berhemat menabung, maka seberapa keras pun kita bekerja, tidak akan pernah target itu bisa tercapai dalam lima tahun. Bahkan kalaupun kita panjangkan waktunya menjadi sepuluh tahun, target itu masih terlalu muluk untuk dikejar.

Tapi, tahukah sayang, kita akan melakukannya dengan cara lain, bukan cara orang kebanyakan, tetapi cara yang sudah terbukti berhasil di lakukan oleh orang orang sukses yang pernah ku kenal, kalau mereka bisa, saya juga pasti bisa. Bukankah sukses selalu meninggalkan jejak, tinggal kita print jejaknya dan kita modifikasi sesuai dengan kebutuhan kita.

Hal yang sama saya lakukan kepada teman yang juga mitra bisnis saya, kami sudah saling mengenal sepuluh tahunan, saya minta dia membaca artikel saya tersebut dan minta komentarnya, syukur syukur dia juga bisa menunjukan jalan bagaimana caranya.
Respon nya sangat singkat dan padat, melalui sebuah sms dia hanya menulis “.terlalu lama mas, saya tidak tahan kalau mesti menunggu lima tahun untuk memiliki kekayaan sebesar itu….”

Sungguh respon yang luar biasa, saya juga takjub akan tekad dan semangatnya yang ternyata jauh melebihi tekad saya. Sayapun yakin ucapan ini bukan hanya afirmasi saja, tetapi dia juga sudah memiliki peta jalan beserta tempat tempat pemberhentiannya dimana bisa memperoleh uang dalam jumlah besar. Semangat belajar saya jadi tambah menyala lagi…..Tuhan pasti mendengar tekad kami, dan mengabulkannya dengan segera.

Rekan rekan, dari pengalaman kecil diatas, saya menarik beberapa pelajaran yang semakin menambah warna dan pembelajaran dalam perjalanan hidup kita.

Topik yang sama kita ceritakan atau diskusikan dengan orang yang berbeda, bisa menghasilkan sesuatu yang jauh berbeda, bahkan bertolak belakang. Hal ini terkait dengan beberapa sebab;

Pertama; informasi atau pemahaman yang diperoleh atau dimiliki oleh rekan diskusi kita terhadap materi yang dibicarakan, semakin banyak informasi atau pemahaman yang dimiliki akan semakin memperkuat keyakinan kita. Begitu juga sebaliknya.

Kedua; latar belakang, pola didikan ataupun lingkungan keluarga dan lingkungan bergaul rekan diskusi kita akan sangat berpengaruh dalam cara pandang mereka terhadap suatu permasalahan. Sebagai contoh diatas; istri saya memiliki latar belakang keluarga pegawai negeri, kehidupan berjalan dengan sangat teratur, semua ter planning dengan baik, resiko di deteksi sedini mungkin dan kalau bisa dihindari.

Cara pandang yang dihasilkan adalah seperti yang saya ceritakan diatas, menjumlah keteraturan keteraturan; gaji yang didapat, proyeksi kenaikan tiap tahun, bonus dan dikali lima tahun. Hasilnya adalah sesuatu yang sudah mendekati kepastian dan jauh dari target sekian miliar. Pantas saja kalau saya dibilang sudah mulai gila..he..he

Sebaliknya dengan rekan bisnis saya, dibesarkan dalam keluarga pedagang, terbiasa mengambil resiko sejak kecil, sudah jatuh bangun puluhan tahun membangun usaha, jaringan jaringan yang bisa membuka pintu rejeki sudah tertata dalam perjalanan hidupnya. Cara pandangnya pun sangat berbeda …sky is our limit, katanya.

Pelajaran lainnya yang bisa saya tarik adalah, apapun yang menjadi tujuan kita, harus sering sering kita bicarakan dan diskusikan dengan orang terdekat kita, terutama istri. Agar ia mengerti dan mendukung dan juga menghindari kesalahpahaman, dengan dukungan istri, apapun kesulitan yang kita hadapi pasti terasa lebih ringan.

Mulai saat itu pula, saya sering sering meracuni istri saya dengan mimpi mimpi, ide ide bisnis gila dan cara cara yang kadang tidak masuk akal namun legal. Semoga istri saya segera teracuni, syukur syukur mulai tertular kegilaan saya…he.he.he

Friday, May 09, 2008

Mengajari Anak Berbisnis

Robert Kiyoshaki berbisnis sejak usia 9 tahun, saat itu dia belajar dari ayah kayanya. Demikian juga Warren Buffet, konon ia sudah membeli saham sejak usia 11 tahun, dan sekarang masih merasa menyesal karena merasa terlambat memulai.

Saya sendiri mulai berbisnis sejak kira kira usia 10 tahun, saat itu saya kelas 4 Madrasah Ibtidaiyah di desa kami. Bisnis saya ada dua; pertama, adalah jual besi loakan ke lapak besi tua dan kedua, jual Koran bekas ke toko toko di kampong pecinan di pasar Kedungwuni.

Binis besi loakan sangat mudah buat saya, karena ayah saya punya armada truk angkutan, sehingga spare parts bekasnya sering saya kumpulin dan di jual kiloan ke lapak. Bisnis koran bekas rada sulit, karena saya mesti bersaing dengan kakak kakak saya yang juga seneng ngumpulin koran bekas untuk dijual. Saat itu kami sudah langganan Kompas, Mingguan Bola dan Majalah Tempo. Kadang kadang ayah saya juga beli koran Suara Merdeka.

Disamping ber bisnis, saya juga menjalani profesi TDB sejak Madrasah, terutama di bulan puasa, karena Madrasah kami selalu libur satu bulan penuh dan order garmen lagi puncak puncaknya. Saya jadi tukang pasang kancing, lumayan dapatnya Rp. 150 – 200 per kodi (bayangin berapa kancing tuh yang harus dipasang ?, semua masih masih manual pula !)

Motivasi saya bebisnis sejak usia dini hanya dua, pertama; agar punya uang untuk sewa komik, terutama cersil Kho Ping Ho dan kedua, agar bisa nonton film silat mandarin bila suatu waktu di putar di bioskop. Saat itu ada dua bioskop di desa kami, Bioskop Cakra dan Semar (sekarang keduanya sudah gulung tikar). Tarif untuk sekali nonton masih berkisar Rp. 100 – 200, tergantung filmnya. Film India dan silat mandarin biasanya lebih murah dari film barat model serial 007.

Sekarang saya juga mengajari anak saya berbisnis, Iqbal yang berusia 9 tahun dan Hafiz adiknya yang 6 tahun. Motivasi mereka berbisnis juga sama dengan saya dahulu. Ngumpulin uang untuk beli mainan atau komik Naruto. Cuman tentu saja mereka tidak jualan besi bekas atau Koran bekas, bisa bisa bersaing dengan pemulung kalau mereka melakukan itu.

Saya mengajarinya berbisnis sesuai dengan kompetensi yang mereka miliki saat ini. Iqbal sangat berbakat menulis dan Hafiz sangat senang menggambar. Gambarnya makin hari makin bagus dan penuh warna.

Iqbal disamping berbakat menulis, juga memiliki kesadaran keuangan yang sangat tinggi. Ketika saya belikan majalah XY Kids yang memuat profil para pembalap F1, dengan serta merta ia ingin menjadi pembalap F1 karena gajinya sangat besar, mencapai miliaran seminggu dan ratusan miliar setahun. Ia sangat menggebu gebu untuk menjadi pembalap.

Bulan berikutnya saya belikan majalah yang memuat profil Bernie Ecclestone, Presiden & CEO Formula One Management yang sekaligus pemilik saham dari induk perusahaan FOM, dan begitu tahu Mr. Eclestone ini dapat uangnya jauh lebih besar dari pembalap. Segera saja ia banting setir keinginan untuk menjadi pemilik F1 saja. Karena jauh lebih kaya dengan resiko lebih sedikit.

Tidak beberapa lama kemudian saya belikan majalah yang memuat profil J.K. Rowling. Betapa kayanya dia. Setiap seri Harry Potter bisa menghasilkan ratusan juta dollar. Passive income pula. Belum lisensi dari cindera mata, film dan semua barang yang memuat Harry Potter. Makin hari selalu makin kaya. Iqbal pun langsung banting setir menjadi seorang penulis. Kebetulan dia juga berbakat menulis. Salah satu hasil karyanya bisa dilihat di tulisan Maestro Cilik Kami.

Mulai saat itu pula, dia mulai menuliskan pengalaman pengalaman dia. Baik pengalaman yang di peroleh di sekolahnya maupun pengalaman wisata bersama keluarga. Saya mengajarinya berbisnis dengan menjadi off taker / pembeli siaga untuk semua karya kedua anak kami. Baik berupa tulisan maupun gambar.

Sebelum melakukan pembelian saya selalu menawar, memberi penilaian dan memberi masukan perbaikan perbaikan apa yang masih perlu dilakukan. Kemudian kami melakukan negosiasi harga. Untuk sebuah tulisan bagus 5 – 10 halaman, saya menghargainya Rp 25 ribu – 50 ribu. Untuk sebuah gambar yang dibuat Hafiz, harganya lebih murah, antara Rp. 3,000 – 10,000. Saking semangatnya dan kalau lagi ngebet pengen beli mainan. Sehari disaat libur, Hafiz bisa membuat 5 buah gambar cantik penuh warna.

Bila ada momen momen special di sekolah maupun acara keluarga. Saya kadang meng inden hasil tulisan Iqbal. Kita membuat sebuah kontrak jual beli atas tulisan yang belum jadi. Dalam kontrak kami menyebutkan jumlah halaman, tanggal penyerahan, harga, dan kami melibatkan Hafiz yang kami posisikan sebagai agen / broker penulis-nya.

Berikut sebuah contoh kontrak inden tulisan yang pernah kami buat :

Kontrak

Pada hari ini, Sabtu : 12 April 2008. Telah melakukan kesepakatan perjanjian jual beli novel :

Topik : Perjalanan Iqbal Ke Kebun Raya Bogor
Halaman : Minimal 4 halaman
Waktu : Paling telah diserahkan hari Minggu Sore, 13 April 2008
Harga : Penulis dan Penerbit ( Mr. Iqbal ) Rp. 35,000
Perantara/Pedagang ( Mr. Hafiz ) Rp. 8,000
Pembeli : Papah

Demikian kesepakatan ini dibuat untuk dilaksanakan

Penulis & Penerbit Pedangan/Perantara Pembeli

Ttd Ttd Ttd
Iqbal Hakim Hafiz Papah

Kami melengkapi kontrak tersebut dengan tandatangan kami bertiga.

Hasil tulisan Iqbal yang berjudul Perjalanan Iqbal Ke Kebun Raya Bogor bener bener diserahkan tanggal 13 April 2008 sore. Hanya saya belum sempet menuliskannya diblog ini.

Bagaimana dengan Anda..? Bisnis model seperti apa yang akan Anda ajarkan ke anak anak Anda.

Tuesday, May 06, 2008

Wisata ke The Jungle

Artikel ini merupakan karya maestro cilik kami ketika mengunjungi salah satu obyek wisata air di wilayah Bogor, di perumahan Bogor Nirwana Resort tepatnya. Sebuah perumahan yang bagus, dengan bangunan yang besar besar, asri dan pemandangan sangat indah ke pegunungan. Dikembangkan oleh Bakrie Group.

Sayang jalan akses kearah sana sempit, angkot memenuhi jalanan menuju perumahan itu, kanan kiri pedagang kaki lima dan saya prediksikan selalu macet.

Dari Jakarta kami berkendara kurang lebih dua jam, melewati tol Jagorawi dan muter di perumahan di wilayah tajur. Kami ber enam dengan satu mobil; papa yang merangkap sebagai driver, mama, iqbal, hafiz, sekar dan suster kami, lia.

Berikut laporan kunjungan Iqbal yang dituliskan dalam satu lembar kertas,
……………………..

The Jungle ( @waterboom.com)

Hari Sabtu aku ke Jungle Bogor
Perjalanan ke sana jauh sekali hampir 2.5 jam
Matahari disana sangat terik
Aku main di 12 wahana kurang lebih 5 – 3 jam
Airnya bersih, aku pipis, e’e or bab (buang air besar)
Air jadi kotor semua deh apalagi aku muntah dikolam
Tapi jalan aksesnya kotor, jadi nggak terlalu asyik lagi deh
Dikolam arus aku melihat kolam ikan yang sangat banyak
Kurang lebih panjang kolam arus 4 – 5 – 3 – 6 km atau 230 m – 391 m
Aku naik perosotan yang tingginya 10 – 15 m, aku takut dan nyakar papah
Sampai dadanya hampir sobek
Berdarah papah marah
Aku pulang jam 3 sore aku langsung tidur dirumah
Sampai jam 5 sore, wuih lama banget
Aku disuruh ngarang cerita ini
Makan waktu +/ 15 menit sampai balapan F1 selesai
Mantap lho F1 nya.
Aku bikin pop corn, pop corn nya rasa butter
Wuih enak habis rasanya
Sehabis itu aku membuat karangan ini.

(dihalaman paling bawah Iqbal membuat ilustrasi dua mobil balap F1 yang sedang berkejaran, lengkap dengan asap dan ilustrasi anginnya)

Keep moving mas Iqbal, kita semua yakin Iqbal adalah seorang penulis hebat !





Iqbal dengan badan yang gempal berpose bersama adiknya, Hafiz. Istirahat makan siang setelah puas main air...

Monday, May 05, 2008

Inilah Petani & Agen Singkong Beromset Miliaran Itu



Beberapa waktu yang lalu saya pernah menulis tentang petani dan agen singkong ber omzet miliaran sebulan.

Banyak respon yang masuk ke mailbox saya, seolah olah tidak percaya apakah mungkin seorang petani dan agen singkong bisa beromzet miliaran. Ada pula yang penasaran dan ingin berkenalan dengan beliau.

Nah, sekarang saya menjawab rasa penasaran Anda ! 13 – 14 February lalu perusahaan kami mengikuti sebuah pameran yang diselenggarakan oleh AEI (Asosiasi Emiten Indonesia), asosiasi perusahaan perusahaan yang sudah go public, saat itu kami menampilkan produk produk kami dan bahan dasar produk yang berasal dari singkong.

Di acara itu pula kami memperkenalkan salah satu petani binaan kami, yaitu Bapak Nyoman Same. Beliau adalah petani yang pernah saya ceritakan dalam artikel saya terdahulu.

Berikut foto beliau, Anda ingin berkenalan..? silakan datang ke Lampung






Sisi paling kanan dengan kaos merah bergaris garis adalah Bapak Nyoman Same, salah satu petani binaan kami. Antusias sekali menjelaskan bagaimana menanam singkong ke Bapak bapak dan ibu didepannya.

Disebelahnya adalah Pak Har, salah satu keluarga orang terkaya di Indonesia yang masuk daftar 150 terkaya Indonesia versi majalah Globe terbitan Agustus 2007.

Disebelahnya lagi adalah mantan dosen saya Ibu Sri Mulyani Indrawati. Lima belas tahun lalu saya diajar beliau. Masih fresh baru pulang dari Amerika setelah menyelesaikan gelar Doktor nya. Saat mengajar kami beliau dalam kondisi mengandung tujuh bulanan. Saya masih ingat bagaimana kadang beliau berjalan tertatih tatih karena kandungan sudah membesar namun semangat mengajarnya sungguh dahsyat.

Disebelahnya lagi adalah Ketua Asosiasi Emiten Indonesia Bapak Ir. Erlangga Hartarto, MBA. Gimana kabarnya Pak ? sudah setahun lebih saya tidak lagi ikutan rapat rutin tiga bulanan dengan Bapak. Saya selalu menyimak pisau analisa & pertanyaan pertanyaan yang Bapak ajukan untuk kemajuan kami.

Disebelahnya lagi Bapak Budiono, sebentar lagi mungkin menjadi mantan Menko Perekonomian dan pindah status menjadi Gubernur BI. Selamat Pak, semoga amanah besar ini bisa Bapak tunaikan dengan sukses

Disebelahnya lagi Bapak Sani Sutanto, salah GM di perusahaan kami

Yang paling kiri adalah Bapak Supriyanto, salah satu manajer di perusahaan kami.

Didepan adalah produk produk yang bisa kita temui sehari hari dan semuanya menggunakan campuran bahan olahan singkong

Tanggal dalam foto tersebut salah, seharusnya 13 February 2008, karena belum di set ulang jadi 01/01/2005.

Anda mau belajar menanam singkong ? belajarlah pada ahlinya, Bapak Nyoman Same ini, tapi anda harus meluangkan kesabaran ekstra berbicara dengan seorang petani.

Semoga bermanfaat