Nathan Tinkler, mungkin tidak banyak dari kita yang pernah mendengar namanya, apalagi mengetahui siapa dia dan apa yang dilakukannya
Forbes Asia edisi Februari menempatkan dia sebagai salah satu orang terkaya no. 26 di Australia dengan kekayaan mencapai US $ 825 juta.
Yang menjadikannya istimewa karena semua itu dicapainya pada usia yang masih sangat muda, 35 tahun dan diperoleh dari usaha sendiri, bukan warisan keluarga.
Lantas apa yang dikerjakannya sehingga mencapai kekayaan sebesar itu dalam jangka waktu relatif singkat ? Lima tahun sejak dia mulai mendirikan usahanya dengan modal $ 500,000 dari hasil menjual rumah dan tabungannya
Tinkler memperoleh semua itu dari bisnis batubara, tapi yang dia perjualbelikan bukanlah batubara sebagai komoditas, tapi tambang batubara.
Keberaniannya membeli tambang batubara yg masih greenfield, melakukan eksplorasi dan menjualnya kembali saat sudah diketahui cadangannya benar-benar membuatnya jadi billionaire di usia sangat muda.
Seperti kita ketahui bersama, Australia merupakan salah satu negara dengan cadangan Coal terbesar di dunia dan saat ini merupakan eksportir coal terbesar dengan pasar utama China, India dan Korea.
Momentum yang tepat ini dimanfaatkan oleh Tinkler dengan menjalin mitraI-mitra dari China dan Korea dalam mengamankan pasokan coal mereka. Satu hal yang belum dilakukan oleh Tinkler adalah menambang batubara
Saya penasaran dengan apa yang dia lakukan. Kalau di Australia dia bisa lakukan, tentu di Indonesia juga bisa dilakukan, mengingat Indonesia juga menyimpan cadangan Coal yang cukup besar dan saat ini merupakan eksportir coal terbesar no. 2 setelah Australia.
Yang mesti dipelajari adalah detail teknis bagaimana Tinkler melakukan itu. Dan saat ini merupakan momentum yang tepat dimana dunia sedang haus coal sementara di Indonesia sedang didera permasalahan puluhan ribu ijin tambang batubara yang tidak proper.
Setiap permasalahan selalu juga menghadirkan peluang, tinggal bagaimana kita memanfaatkannya dengan baik
No comments:
Post a Comment