Friday, May 22, 2009

Hasil tergantung respon kita terhadap kejadian yang ada


Seorang teman datang kepada saya. Dengan berapi api mengeluhkan sikap atasannya yang tidak menghargai pekerjaan dia. Semua yang sudah dikerjakan selalu dicela kekurangannya, sementara sisi positifnya tidak pernah diungkap. Kondisi ini sudah berlangsung lebih dari dua tahun sehingga teman saya ini menyimpulkan tidak akan pernah punya prospek karir lagi diperusahaannya.

Herannya ! dia sampai sekarang tetap saja bertahan di perusahaan itu dan menjalani frustasi berkepanjangan.

Rekan lain mengeluhkan sikap mitra kerjanya yang tidak professional. Hanya di awal awal pekerjaan mitra nya semangat, begitu sampai pada titik tersulit dan mitra ini sangat dibutuhkan tim. Dia kabur. Tidak meninggalkan berita apapun dan susah di kontak. Padahal deadline pekerjaan mesti diselesaikan. Dengan susah payah dan penuh gerutuan rekan saya inipun terpaksa menyelesaikan semuanya.

Namun herannya, kalo ada project project yang menarik. Rekan saya ini masih saja mengajak mitra tersebut dengan alasan banyak ilmunya, tidak enak kalo ditinggal dan ratusan alasan pembenaran lain.

Setiap pagi atau sore kalo kita dengarkan radio. Banyak sekali keluhan yang dilontarkan masyarakat mengenai kemacetan yang terjadi di sepanjang jalan ke kantor atau pulang kerumah. Lampu merah yang tidak menyala. Absennya petugas diperempatan perempatan rawan macet. Main serobot oleh pengemudi lain atau bahkan pengemudi yang tidak bisa menahan emosinya dan berantem di jalanan.

Keluhan seperti ini hampir setiap hari terjadi. Dan sudah berlangsung bertahun tahun. Namun sampai sekarang belum pernah ada perbaikan yang berarti sehingga menimbulkan frustasi masyarakat.

Dari tiga contoh keseharian diatas, semuanya berujung pada rasa frustasi kita. Kita menghadapi kondisi yang tidak bisa banyak kita ubah. Atasan yang tidak fair, rekan kerja yang tidak professional ataupun kemacetan dijalanan setiap jam berangkat dan pulang kantor.

Jack Canfield dalam sebuah bukunya membuat sebuah formula sederhana untuk menghadapi kondisi seperti diatas :

Events + Responses = Outcome

Ide dasarnya adalah hasil apapun yang kita peroleh; rasa bahagia atau frustasi, kesehatan yang prima atau sakit sakitan; kita kaya atau miskin, sukses atau gagal, merupakan hasil dari respon kita terhadap kejadian ( events ) yang kita alami dalam hidup kita.

Kita bisa saja selalu menyalahkan kejadian (events) yang menimpa kita atas hasil (outcome) buruk yang kita peroleh. Hal ini tidak akan memberikan dampak perbaikan apapun dalam kehidupan kita. Yang ada malah frustasi berkepanjangan karena kita ternyata tidak mampu mengubah kejadian tersebut.

Ternyata bukan kejadiannya yang mesti kita ubah. Tapi diri kitalah yang harus berubah. Respon kita terhadap kejadian itulah yang menentukan kualitas hasil ( outcome ) sehingga sesuai dengan yang kita inginkan. Mari kita bayangkan pada tiga situasi yang sering kita alami diatas.

Situasi pertama; kita tidak mampu merubah sikap atasan kita untuk lebih fair, namun kita bisa mengubah respon kita. Kalau kita selalu minta masukan sisi mana saja yang masih kurang dari pekerjaan kita dan solusi perbaikan apa yang dia tawarkan. Maka setahap demi setahap kualitas pekerjaan kita akan semakin meningkat.

Seandainyapun ini sudah kita lakukan bertahun tahun dan atasan tetap tidak fair. Tanpa kita sadari kualitas pekerjaan kita sudah meningkat jauh. Sudah saatnya kita mencari pekerjaan lain. Banyak sekali pekerjaan diluar sana yang membutuhkan kita. Atau bisa juga kita mendirikan perusahaan sendiri.

Situasi kedua; kita tidak mampu merubah sikap tidak professional mitra kita. Kalau respon kita hanya selalu mengeluh, maka tidak ada perbaikan apapun pada kita sendiri. Ya mudahnya kita tinggalkan saja mitra seperti ini. Kita perbaiki diri kita sendiri untuk bisa mengisi kelebihan yang dimiliki mitra kita, atau kita cari mitra baru yang lebih professional.

Situasi ketiga; banyak orang stress dan frustasi setiap hari menghadapi kemacetan lalu lintas. Usaha paling minimal yang bisa kita lakukan adalah kita berkendara dengan disiplin. Untuk menghindari kemacetan, kita bisa berangkat lebih pagi. Bisa juga kita siapkan buku atau majalah yang bisa kita baca (kalau pakai sopir) atau mendengarkan siaran radio yang bermanfaat atau musik.

Saya sendiri hampir setiap pagi juga menghadapi kemacetan lalu lintas. Sekarang saya sudah tidak frustasi lagi. Saya dengarkan Andrie Wongso, James Gwee ataupun Arvan Pradiansyah di Smart FM kalo pagi, TDW, Bambang Syumanjaya atau Jansen Sinamo kalo sore. Bisa juga Jamil Azzaini di Trijaya FM.

Walaupun dirumah langganan Kompas. Dilampu merah saya selalu sempatkan beli Kontan dan membaca ulasan saham saham layak koleksi kalau macet parah di lampu merah. Kita tidak frustasi, banyak manfaat yang bisa didapat.

Jadi keputusan ditangan Anda. Mau frustasi berkepanjangan atau merubah respon Anda dengan hal hal yang lebih bermanfaat sehingga outcome nya memperbaiki kualitas hidup anda.

Semoga bermanfaat

No comments: