Dear All,
As some of you already know, today is my last day with AKR Group. I am leaving this amazing group to start my ‘crazy’ entrepreneurship journey.
I’ve learned so much during my two years with AKR and two and half years with SAAC. I’ve grown both personally and professionally, and I attribute much of my growth to the team, especially Corporate Assurance team in AKR and Lampung & Agro Project team in SAAC.
I would like to apologize any mistake during my service in this group and also would like to share few life lessons I’ve learned from all of you.
1. Keep your mind open. Your brain is like parachute, only useful when its open. Learn from your mistake and others mistake. When you can learn from others mistake it will be much more cheaper. Your learning curve will be very fast.
2. Do networking. Your ability to network effectively is your key success in your career. Try to build a relationship with everyone you meet, and even more importantly maintain these relationships throughout your career. Indeed, authentic relationships are the only things that truly matter in life.
3. Dream big. Don’t afraid of dreaming, even day dreaming, its free and costless to us. Big dream can passionate whatever you do in your life. Michael Angelo said that the most dangerous thing in our life is not fail to achieve the big dream, but succeed achieving small dream and then stop.
Finally, thanks all for being my friend, partner, subordinate or superior. I appreciate having had the opportunity to work for such a fine company and great friends. I wish all of you and the company continued success.
Best regards
Ardiansyah
Tuesday, June 30, 2009
Monday, June 22, 2009
Steve Jobs Credo....
...an inspiring credo by steve jobs...
Saya yakin. Anda semua pernah mendengar credo hebat ini " stay hungry, stay foolish ". Sebuah sikap mental dari Steve Jobs, pendiri Apple yang sangat dikagumi dunia, yang mengajarkan kita untuk terus merasa bodoh dan mencari apa yang terbaik yang diberikan oleh Tuhan buat kita.
Dalam sebuah wejangan didepan wisudawan sebuah Universitas Bisnis terbaik di dunia. Steve Jobs menggarisbawahi tiga hal utama yang menjadi pelajaran hidup nya dalam mengarungi kehidupan dan membesarkan Apple, Next dan Pixar.
1. Menghubungkan Titik Titik
Semua yang dialami Steve Jobs dalam hidup sejak masih bayi yang tidak diinginkan orangtua kandungnya. Diadopsi oleh keluarga sederhana yang tidak tamat kuliah dan SMA. Kuliah dengan biaya seadanya sampai kemudian memutuskan diri untuk drop out dan belajar desain grafis secara gelap di Reed College. Menggelandang di jalanan dan mengandalkan pembagian ransum gratis untuk makan malam.
Semua yang dialami merupakan titik titik dalam perjalanan hidup yang dikemudian hari bisa saling terhubung. Seolah olah apa yang kita alami beberapa puluh tahun lalu dilukis oleh yang Maha Kuasa dan menjadi sebuah lukisan hidup kita.
Anda tidak akan dapat merangkai titik dengan melihat ke depan; Anda hanya bisa melakukannya dengan merenung ke belakang. Jadi, Anda harus percaya bahwa titik-titik Anda bagaimana pun akan terangkai di masa mendatang.
Anda harus percaya dengan intuisi, takdir, jalan hidup, karma Anda, atau istilah apa pun lainnya. Pendekatan ini efektif dan membuat banyak perbedaan dalam kehidupan saya.
2. Cinta dan Kehilangan
Mendirikan Apple bersama Wozniack saat umur 20 tahun. Sepuluh tahun kemudian menjelma menjadi sebuah Brand dengan nilai $ 2 Miliar dan menaungi 4000 karyawan. Merajai pasar PC dan dianggap sebagai salah satu keajaiban Sillicon Valley.
Namun pada saat puncak karir itu pula, dengan usia yang masih sangat muda, 30 tahun. Steve dipecat dari perusahaannya sendiri oleh perwakilan para pemegang saham. Sebuah kehilangan yang sangat tragis. Namun rasa cinta akan pekerjaan dan bidang yang digelutinya tidak membuatnya tumbang.
Steve mendirikan Next & Pixar yang kemudian juga melahirkan karya karya hebat seperti Toy Story. Belakangan melalui rangkaian peristiwa yang menakjubkan Apple membeli Next dan Steve Jobs kembali menakhodai Apple.
Dibawah komando Steve Jobs. Apple kembali meluncurkan masterpiece nya yang sangat digilai pecinta komputer dan gadget di dunia. Ipod, ITune dan Iphone menjadi trendsetter baru industri telekomunikasi.
Pekerjaan Anda akan menghabiskan sebagian besar hidup Anda, dan kepuasan sejati hanya dapat diraih dengan mengerjakan sesuatu yang hebat.
Dan Anda hanya bisa hebat bila mengerjakan apa yang Anda sukai. Bila Anda belum menemukannya, teruslah mencari. Jangan menyerah. Hati Anda akan mengatakan bila Anda telah menemukannya. Sebagaimana halnya dengan hubungan hebat lainnya, semakin lama-semakin mesra Anda dengannya.
Jadi, teruslah mencari sampai ketemu. Jangan berhenti
3. Kematian
Ketika Steve berumur 17, dia membaca ungkapan yang kurang lebih berbunyi: "Bila kamu menjalani hidup seolah-olah hari itu adalah hari terakhirmu, maka suatu hari kamu akan benar."
Ungkapan itu membekas dalam dirinya, dan semenjak saat itu, selama 33 tahun terakhir, dia selalu melihat ke cermin setiap pagi dan bertanya kepada diri sendiri:
"Bila ini adalah hari terakhir saya, apakah saya tetap melakukan apa yang akan saya lakukan hari ini?"
Bila jawabannya selalu "tidak" dalam beberapa hari berturut-turut, maka seseorang harus berubah. Mengingat bahwa kita akan segera mati adalah kiat penting yang saya temukan untuk membantu membuat keputusan besar.
Karena hampir segala sesuatu-semua harapan eksternal, kebanggaan, takut malu atau gagal-tidak lagi bermanfaat saat menghadapi kematian. Hanya yang hakiki yang tetap ada.
Mengingat kematian adalah cara terbaik yang saya tahu untuk menghindari jebakan berpikir bahwa Anda akan kehilangan sesuatu. Anda tidak memiliki apa-apa. Sama sekali tidak ada alasan untuk tidak mengikuti kata hati Anda.
Saya yakin. Anda semua pernah mendengar credo hebat ini " stay hungry, stay foolish ". Sebuah sikap mental dari Steve Jobs, pendiri Apple yang sangat dikagumi dunia, yang mengajarkan kita untuk terus merasa bodoh dan mencari apa yang terbaik yang diberikan oleh Tuhan buat kita.
Dalam sebuah wejangan didepan wisudawan sebuah Universitas Bisnis terbaik di dunia. Steve Jobs menggarisbawahi tiga hal utama yang menjadi pelajaran hidup nya dalam mengarungi kehidupan dan membesarkan Apple, Next dan Pixar.
1. Menghubungkan Titik Titik
Semua yang dialami Steve Jobs dalam hidup sejak masih bayi yang tidak diinginkan orangtua kandungnya. Diadopsi oleh keluarga sederhana yang tidak tamat kuliah dan SMA. Kuliah dengan biaya seadanya sampai kemudian memutuskan diri untuk drop out dan belajar desain grafis secara gelap di Reed College. Menggelandang di jalanan dan mengandalkan pembagian ransum gratis untuk makan malam.
Semua yang dialami merupakan titik titik dalam perjalanan hidup yang dikemudian hari bisa saling terhubung. Seolah olah apa yang kita alami beberapa puluh tahun lalu dilukis oleh yang Maha Kuasa dan menjadi sebuah lukisan hidup kita.
Anda tidak akan dapat merangkai titik dengan melihat ke depan; Anda hanya bisa melakukannya dengan merenung ke belakang. Jadi, Anda harus percaya bahwa titik-titik Anda bagaimana pun akan terangkai di masa mendatang.
Anda harus percaya dengan intuisi, takdir, jalan hidup, karma Anda, atau istilah apa pun lainnya. Pendekatan ini efektif dan membuat banyak perbedaan dalam kehidupan saya.
2. Cinta dan Kehilangan
Mendirikan Apple bersama Wozniack saat umur 20 tahun. Sepuluh tahun kemudian menjelma menjadi sebuah Brand dengan nilai $ 2 Miliar dan menaungi 4000 karyawan. Merajai pasar PC dan dianggap sebagai salah satu keajaiban Sillicon Valley.
Namun pada saat puncak karir itu pula, dengan usia yang masih sangat muda, 30 tahun. Steve dipecat dari perusahaannya sendiri oleh perwakilan para pemegang saham. Sebuah kehilangan yang sangat tragis. Namun rasa cinta akan pekerjaan dan bidang yang digelutinya tidak membuatnya tumbang.
Steve mendirikan Next & Pixar yang kemudian juga melahirkan karya karya hebat seperti Toy Story. Belakangan melalui rangkaian peristiwa yang menakjubkan Apple membeli Next dan Steve Jobs kembali menakhodai Apple.
Dibawah komando Steve Jobs. Apple kembali meluncurkan masterpiece nya yang sangat digilai pecinta komputer dan gadget di dunia. Ipod, ITune dan Iphone menjadi trendsetter baru industri telekomunikasi.
Pekerjaan Anda akan menghabiskan sebagian besar hidup Anda, dan kepuasan sejati hanya dapat diraih dengan mengerjakan sesuatu yang hebat.
Dan Anda hanya bisa hebat bila mengerjakan apa yang Anda sukai. Bila Anda belum menemukannya, teruslah mencari. Jangan menyerah. Hati Anda akan mengatakan bila Anda telah menemukannya. Sebagaimana halnya dengan hubungan hebat lainnya, semakin lama-semakin mesra Anda dengannya.
Jadi, teruslah mencari sampai ketemu. Jangan berhenti
3. Kematian
Ketika Steve berumur 17, dia membaca ungkapan yang kurang lebih berbunyi: "Bila kamu menjalani hidup seolah-olah hari itu adalah hari terakhirmu, maka suatu hari kamu akan benar."
Ungkapan itu membekas dalam dirinya, dan semenjak saat itu, selama 33 tahun terakhir, dia selalu melihat ke cermin setiap pagi dan bertanya kepada diri sendiri:
"Bila ini adalah hari terakhir saya, apakah saya tetap melakukan apa yang akan saya lakukan hari ini?"
Bila jawabannya selalu "tidak" dalam beberapa hari berturut-turut, maka seseorang harus berubah. Mengingat bahwa kita akan segera mati adalah kiat penting yang saya temukan untuk membantu membuat keputusan besar.
Karena hampir segala sesuatu-semua harapan eksternal, kebanggaan, takut malu atau gagal-tidak lagi bermanfaat saat menghadapi kematian. Hanya yang hakiki yang tetap ada.
Mengingat kematian adalah cara terbaik yang saya tahu untuk menghindari jebakan berpikir bahwa Anda akan kehilangan sesuatu. Anda tidak memiliki apa-apa. Sama sekali tidak ada alasan untuk tidak mengikuti kata hati Anda.
Sunday, June 21, 2009
Perangkap Kera....
Konon jaman dahulu kala, suku suku di pedalaman Afrika menggunakan kendi untuk berburu kera. Kendi dengan bentuknya yang unik, lebar di mulut, lebar ruang dalam dan leher yang menyempit sangat tepat untuk memerangkap tangan kera sehingga tidak bisa melepaskan diri.
Kendi diikat pada sebuah pohon besar dan didalam nya di taruh kacang kesukaan kera. Kacang juga di taburkan di sekeliling kendi untuk memancing kera datang. Saat kacang diluar sudah habis, kera akan memasukkan tangannya dan mengambil kacang dalam kendi. Saat itu pula tangan menggenggam erat kacang dan tidak bisa ditarik keluar karena leher kendi yang sempit untuk tangan yang selalu tergenggam.
Cerita diatas sudah sering saya dengar dari beberapa orang. Pertama saya mendengarnya saat mengikuti seminar Tung Desem Waringin. Kemudian saya juga membacanya dalam Success Principle nya Jack Canfield. Beberapa motivator pun sering mengungkapkan metafora ini di radio radio.
Kenapa kera tidak mau melepaskan kacang dalam genggamannya dan dengan mudah melepaskan diri dari perangkap ?
Sebuah pertanyaan filosofis yang juga layak di tanyakan pada diri kita....
Kera tidak mau melepaskan genggamannya karena dia sudah memperoleh makanan dengan cepat dan mudah. Sebuah kepastian makanan yang ada di genggaman. Walaupun terikat pada kendi dengan tali yang hanya beberapa meter dia tidak mau melepaskannya lagi.
Sadar atau tidak sadar kera ini hanya menunggu waktu sang pemburu datang untuk menangkapnya dan menjualnya ke pasar atau untuk santap malam anggota suku.
Padahal kalau kera itu mau sedikit berusaha dan mengambil sedikit resiko, tidak hanya terfokus pada kacang yang sudah di genggaman. Banyak sekali sumber makanan di hutan itu yang bisa dia jelajahi dan eksplore. Ada bermacam macam buah buahan yang tumbuh disana, biji bijian yang sangat menyehatkan dan bermacam macam dedaunan yang menguatkan tubuhnya. Juga arena bermain yang sangat luas.
Yang harus dia lakukan hanyalah mencari, mengeksplore dan berusaha lebih keras dari sekedar menunggui kacang di genggaman yang terikat pada kendi itu.
Tentu saja ada juga resiko yang harus dia hadapi, bisa saja di terkam harimau, atau bahkan ditelan ular raksasa. Namun terikat pada kendi bukanlah sebuah pilihan, karena resiko ditangkap saat pemburu datang sudah merupakan kepastian. Belum lagi kalo lagi harimau atau ular datang dia tidak punya kesempatan untuk lari dan menghindar….
Begitupun kebanyakan dari kita. Kita sering terpaku pada comfort zone kita dan tidak mau beranjak dari situ. Setia menggenggam apa yang kita dapatkan sekarang dan menunggu waktu sampai entah kapan. Arena bermain kita sebatas panjang tali yang diikatkan pada comfort zone kita. Sebuah kehidupan sempit yang dijalani jutaan orang di tangga korporasi perusahaan.
Setahun terakhir saya memikirkan metafora diatas. Selalu menggelitik perenunganku.
Sampai kapan saya terikat pada kendi di pohon itu. Sampai kapan harus menjalani kehidupan sempit sebatas panjang tali yang seolah olah selalu di tarik ulur pemburu setiap saya memberontak.
Saya bukanlah kera dan tidak ingin terikat pada kendi yang sama……..
Akhirnya saya punya keberanian memutuskan. Melepas semua kacang dalam genggaman. Masuk hutan mencari kehidupan luas yang mengasyikan. Tentu saja saya sudah berbekal peta hutan, belajar ilmu menaklukan harimau dan mendalami ilmu loncat pohon untuk lari dari kejaran ular.
Kendi diikat pada sebuah pohon besar dan didalam nya di taruh kacang kesukaan kera. Kacang juga di taburkan di sekeliling kendi untuk memancing kera datang. Saat kacang diluar sudah habis, kera akan memasukkan tangannya dan mengambil kacang dalam kendi. Saat itu pula tangan menggenggam erat kacang dan tidak bisa ditarik keluar karena leher kendi yang sempit untuk tangan yang selalu tergenggam.
Cerita diatas sudah sering saya dengar dari beberapa orang. Pertama saya mendengarnya saat mengikuti seminar Tung Desem Waringin. Kemudian saya juga membacanya dalam Success Principle nya Jack Canfield. Beberapa motivator pun sering mengungkapkan metafora ini di radio radio.
Kenapa kera tidak mau melepaskan kacang dalam genggamannya dan dengan mudah melepaskan diri dari perangkap ?
Sebuah pertanyaan filosofis yang juga layak di tanyakan pada diri kita....
Kera tidak mau melepaskan genggamannya karena dia sudah memperoleh makanan dengan cepat dan mudah. Sebuah kepastian makanan yang ada di genggaman. Walaupun terikat pada kendi dengan tali yang hanya beberapa meter dia tidak mau melepaskannya lagi.
Sadar atau tidak sadar kera ini hanya menunggu waktu sang pemburu datang untuk menangkapnya dan menjualnya ke pasar atau untuk santap malam anggota suku.
Padahal kalau kera itu mau sedikit berusaha dan mengambil sedikit resiko, tidak hanya terfokus pada kacang yang sudah di genggaman. Banyak sekali sumber makanan di hutan itu yang bisa dia jelajahi dan eksplore. Ada bermacam macam buah buahan yang tumbuh disana, biji bijian yang sangat menyehatkan dan bermacam macam dedaunan yang menguatkan tubuhnya. Juga arena bermain yang sangat luas.
Yang harus dia lakukan hanyalah mencari, mengeksplore dan berusaha lebih keras dari sekedar menunggui kacang di genggaman yang terikat pada kendi itu.
Tentu saja ada juga resiko yang harus dia hadapi, bisa saja di terkam harimau, atau bahkan ditelan ular raksasa. Namun terikat pada kendi bukanlah sebuah pilihan, karena resiko ditangkap saat pemburu datang sudah merupakan kepastian. Belum lagi kalo lagi harimau atau ular datang dia tidak punya kesempatan untuk lari dan menghindar….
Begitupun kebanyakan dari kita. Kita sering terpaku pada comfort zone kita dan tidak mau beranjak dari situ. Setia menggenggam apa yang kita dapatkan sekarang dan menunggu waktu sampai entah kapan. Arena bermain kita sebatas panjang tali yang diikatkan pada comfort zone kita. Sebuah kehidupan sempit yang dijalani jutaan orang di tangga korporasi perusahaan.
Setahun terakhir saya memikirkan metafora diatas. Selalu menggelitik perenunganku.
Sampai kapan saya terikat pada kendi di pohon itu. Sampai kapan harus menjalani kehidupan sempit sebatas panjang tali yang seolah olah selalu di tarik ulur pemburu setiap saya memberontak.
Saya bukanlah kera dan tidak ingin terikat pada kendi yang sama……..
Akhirnya saya punya keberanian memutuskan. Melepas semua kacang dalam genggaman. Masuk hutan mencari kehidupan luas yang mengasyikan. Tentu saja saya sudah berbekal peta hutan, belajar ilmu menaklukan harimau dan mendalami ilmu loncat pohon untuk lari dari kejaran ular.
Wednesday, June 17, 2009
Jendela Kesempatan
Seperti biasa, setiap keluar kota saya selalu menyempatkan membawa buku untuk dibaca di bandara atau di pesawat. Kemarin saya menuju Lampung dan membawa bekal buku menarik yang saya beli dua minggu lalu, The Greatness Guide karya Robin Sharma (beliau juga pengarang buku best seller The Monk Who Sold His Ferrari).
Sambil menunggu pesawat saya baca salah satu artikel perenungan dia berjudul Harvey Keitel dan Jendela kesempatan. Ide dasarnya adalah bahwa setiap hari dalam perjalanan hidup manusia. Kita akan selalu menemukan jendela jendela kesempatan yang terbuka untuk kita masuki. Entah dalam bentuk apapun kesempatan itu. Dan pada akhirnya nasib hidup kita terajut dari bagaimana kita merespon jendela jendela kesempatan ini.
Kalau kita selalu bersembunyi dari jendela kesempatan ini, dunia kita akan menjadi sebuah dunia yang sempit. Kita selalu menghindar, menjauh dan tidak punya keberanian untuk sekedar melongok jendela yang terbuka tersebut. Jangankan memasuki dan mencari tahu apa yang ada didalamnya. Hal terbesar yang harus kita atasi adalah rasa takut akan hal baru.
Rasakan, dekati dan taklukan ketakutan ketakutan itu, niscaya kehidupan kita akan menjadi sebuah dunia yang luas. Hidup ini terlalu singkat untuk hanya memiliki dunia yang sempit.
Sebuah perenungan yang mendalam yang saya alami dalam keseharian saya. Terutama jendela jendela kesempatan yang terbuka saat saya melakukan perjalanan keluar kota. Bertemu dengan orang orang hebat di ruang tunggu bandara, antrian check in atau di pesawat. Kadang kita terlalu takut untuk sekedar menyapa dengan hangat, melempar senyum, menjabat tangan atau berbincang bincang ringan.
Untuk hal hal diatas, saya sudah sering mengalahkan ketakutan ketakutan dan ego saya. Walalupun banyak juga jendela kesempatan yang terlewat. Sepanjang 2008 hampir tiap dua minggu saya melakukan perjalanan ke luar kota, terutama ke Lampung, Jambi, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan.
Banyak orang orang hebat yang sudah saya jumpai dan akhirnya berkenalan dalam perjalanan itu.
Saya mengenal salah satu petinggi perusahaan gula terbesar di Indonesia dalam perjalanan ke Lampung, sampai saat ini kami masih berhubungan cukup akrab. Beberapa Bupati di Lampung juga sering saya jumpai di Bandara atau pesawat. Hanya butuh sedikit keberanian untuk menyapa akrab dan berkenalan dengan mereka. Kalau anda datang ke kantornya, belum tentu anda bisa langsung diterima. Mungkin butuh beberapa minggu untuk sebuah jadwal pertemuan.
Bertemu kembali dengan kawan kakak saya yang seorang pengusaha cukup sukses di Banjarmasin. Bertemu dengan tetangga masa kecil saya di Pekalongan di Bandara Banjarmasin dan sekarang beliau memiliki ribuan hectare tambang batu bara di Kalimantan Selatan. Di Banjarbaru pula saya bertemu dan silaturahmi dengan ustad Lihan di rumahnya di Cindai Alus.
Saya juga beberapa kali bertemu Gus Dur, berbincang bincang di VIP room ruang tunggu dengan beliau.
Dalam perjalanan ke Guang Xi saya bertemu dengan beberapa Jenderal di hongkong airport. Mereka baru saja mengunjungi Shenzen bersama para vendor TNI. Jenderal nya setelah di sapa ramah ramah, ajudannya yang rada galak galak karena menyangka saya TKI yang sok akrab.
Dan tahukan Anda, kemarin dalam perjalanan ke Lampung itu saya bertemu dengan tiga orang tokoh Indonesia.
Pertama bertemu kembali di dekat atm bandara dan berbincang akrab dengan Marwah Daud Ibrahim, salah satu srikandi hebat kita dan beliau tertarik dan siap membantu mengembangkan pertanian singkong. Setahun lalu beliau dan tim ICMI pernah mengunjungi pabrik kami di Lampung dan saya yang menyertainya.
Kedua bertemu Amien Rais saat menuju counter check in, sayang saya melewatkan kesempatan berjabat tangan dan berbincang ringan dengan tokoh hebat ini.
Dan terakhir bertemu dan ngobrol sebentar dengan Bang Ruhut Sitompul, tokoh kontroversial yang sedang menuju Lampung untuk kampaye SBY, kebetulan kita satu pesawat.
Lihatlah..! dalam satu perjalanan jendela kesempatan terbuka begitu banyaknya.
Semua tergantung keberanian kita mengalahkan rasa takut dan ego untuk merespon jendela kesempatan tersebut atau membiarkannya lewat dan menikmati hidup di dunia yang sempit.
Sambil menunggu pesawat saya baca salah satu artikel perenungan dia berjudul Harvey Keitel dan Jendela kesempatan. Ide dasarnya adalah bahwa setiap hari dalam perjalanan hidup manusia. Kita akan selalu menemukan jendela jendela kesempatan yang terbuka untuk kita masuki. Entah dalam bentuk apapun kesempatan itu. Dan pada akhirnya nasib hidup kita terajut dari bagaimana kita merespon jendela jendela kesempatan ini.
Kalau kita selalu bersembunyi dari jendela kesempatan ini, dunia kita akan menjadi sebuah dunia yang sempit. Kita selalu menghindar, menjauh dan tidak punya keberanian untuk sekedar melongok jendela yang terbuka tersebut. Jangankan memasuki dan mencari tahu apa yang ada didalamnya. Hal terbesar yang harus kita atasi adalah rasa takut akan hal baru.
Rasakan, dekati dan taklukan ketakutan ketakutan itu, niscaya kehidupan kita akan menjadi sebuah dunia yang luas. Hidup ini terlalu singkat untuk hanya memiliki dunia yang sempit.
Sebuah perenungan yang mendalam yang saya alami dalam keseharian saya. Terutama jendela jendela kesempatan yang terbuka saat saya melakukan perjalanan keluar kota. Bertemu dengan orang orang hebat di ruang tunggu bandara, antrian check in atau di pesawat. Kadang kita terlalu takut untuk sekedar menyapa dengan hangat, melempar senyum, menjabat tangan atau berbincang bincang ringan.
Untuk hal hal diatas, saya sudah sering mengalahkan ketakutan ketakutan dan ego saya. Walalupun banyak juga jendela kesempatan yang terlewat. Sepanjang 2008 hampir tiap dua minggu saya melakukan perjalanan ke luar kota, terutama ke Lampung, Jambi, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan.
Banyak orang orang hebat yang sudah saya jumpai dan akhirnya berkenalan dalam perjalanan itu.
Saya mengenal salah satu petinggi perusahaan gula terbesar di Indonesia dalam perjalanan ke Lampung, sampai saat ini kami masih berhubungan cukup akrab. Beberapa Bupati di Lampung juga sering saya jumpai di Bandara atau pesawat. Hanya butuh sedikit keberanian untuk menyapa akrab dan berkenalan dengan mereka. Kalau anda datang ke kantornya, belum tentu anda bisa langsung diterima. Mungkin butuh beberapa minggu untuk sebuah jadwal pertemuan.
Bertemu kembali dengan kawan kakak saya yang seorang pengusaha cukup sukses di Banjarmasin. Bertemu dengan tetangga masa kecil saya di Pekalongan di Bandara Banjarmasin dan sekarang beliau memiliki ribuan hectare tambang batu bara di Kalimantan Selatan. Di Banjarbaru pula saya bertemu dan silaturahmi dengan ustad Lihan di rumahnya di Cindai Alus.
Saya juga beberapa kali bertemu Gus Dur, berbincang bincang di VIP room ruang tunggu dengan beliau.
Dalam perjalanan ke Guang Xi saya bertemu dengan beberapa Jenderal di hongkong airport. Mereka baru saja mengunjungi Shenzen bersama para vendor TNI. Jenderal nya setelah di sapa ramah ramah, ajudannya yang rada galak galak karena menyangka saya TKI yang sok akrab.
Dan tahukan Anda, kemarin dalam perjalanan ke Lampung itu saya bertemu dengan tiga orang tokoh Indonesia.
Pertama bertemu kembali di dekat atm bandara dan berbincang akrab dengan Marwah Daud Ibrahim, salah satu srikandi hebat kita dan beliau tertarik dan siap membantu mengembangkan pertanian singkong. Setahun lalu beliau dan tim ICMI pernah mengunjungi pabrik kami di Lampung dan saya yang menyertainya.
Kedua bertemu Amien Rais saat menuju counter check in, sayang saya melewatkan kesempatan berjabat tangan dan berbincang ringan dengan tokoh hebat ini.
Dan terakhir bertemu dan ngobrol sebentar dengan Bang Ruhut Sitompul, tokoh kontroversial yang sedang menuju Lampung untuk kampaye SBY, kebetulan kita satu pesawat.
Lihatlah..! dalam satu perjalanan jendela kesempatan terbuka begitu banyaknya.
Semua tergantung keberanian kita mengalahkan rasa takut dan ego untuk merespon jendela kesempatan tersebut atau membiarkannya lewat dan menikmati hidup di dunia yang sempit.
Friday, June 12, 2009
Tantangan Nggowes Menuju SDIT Auliya
Bersepeda merupakan salah satu olahraga yang coba saya tekuni kembali dalam persiapan ‘pensiun dini’ dari kantor. Anda jangan bayangkan saya sudah berumur 50 an atau lebih, ya saya hanya memajukan diri dari kantor AKR Group untuk bisa lebih fokus pada bisnis bisnis saya yang berserakan di beberapa tempat. Its now or never !
Sudah terbayang di benak saya kuantitas kesibukan yang akan berkurang, namun Insya Allah kualitas kesibukannya pasti akan bertambah. Ada banyak waktu luang untuk ber olahraga yang sudah lama saya tinggalkan. Bersepeda adalah salah satunya…kegiatan mengasyikan yang sejak kecil saya jalani berkilo kilometer menuju sekolah saat SMP.
Saya membeli sepeda bike to work Polygon warna kuning yang cukup cantik. Alhamdulillah setidaknya bisa nggowes seminggu 3x masing masing 15 km. Baru sebatas keliling komplek kalo pagi atau seputaran Bintaro kalo week end.
Minggu lalu saya mengajukan tantangan kepada dua anak lelaki saya, Iqbal 10 th dan Hafiz 8 th untuk bersepeda menuju SDIT Auliya tempat mereka bersekolah di seputaran Bintaro sector 9. Jarak tempuh dari rumah kira kira 10 km sekali jalan......
Kita berangkat jam 07.00 pagi, jalanan sudah cukup ramai dan polusi asap juga sudah banyak. Hafiz dengan semangatnya mampu mencapai tantangan itu, walaupun di beberapa tanjakan sepedanya mesti di tuntun dan harus ngaso 3-4 kali untuk minum.
Mas Iqbal seperti biasa, selalu tenang dan mantab kalo nggowes. Tapi juga harus beberapa kali berhenti untuk minum. Kita sampai di SDIT Auliya kira kira setelah 45 menit waktu tempuh…
Tantangan sudah teselesaikan dengan sukses…untuk merayakan kemenangan kita foto foto didepan sekolah…
Sudah terbayang di benak saya kuantitas kesibukan yang akan berkurang, namun Insya Allah kualitas kesibukannya pasti akan bertambah. Ada banyak waktu luang untuk ber olahraga yang sudah lama saya tinggalkan. Bersepeda adalah salah satunya…kegiatan mengasyikan yang sejak kecil saya jalani berkilo kilometer menuju sekolah saat SMP.
Saya membeli sepeda bike to work Polygon warna kuning yang cukup cantik. Alhamdulillah setidaknya bisa nggowes seminggu 3x masing masing 15 km. Baru sebatas keliling komplek kalo pagi atau seputaran Bintaro kalo week end.
Minggu lalu saya mengajukan tantangan kepada dua anak lelaki saya, Iqbal 10 th dan Hafiz 8 th untuk bersepeda menuju SDIT Auliya tempat mereka bersekolah di seputaran Bintaro sector 9. Jarak tempuh dari rumah kira kira 10 km sekali jalan......
Kita berangkat jam 07.00 pagi, jalanan sudah cukup ramai dan polusi asap juga sudah banyak. Hafiz dengan semangatnya mampu mencapai tantangan itu, walaupun di beberapa tanjakan sepedanya mesti di tuntun dan harus ngaso 3-4 kali untuk minum.
Mas Iqbal seperti biasa, selalu tenang dan mantab kalo nggowes. Tapi juga harus beberapa kali berhenti untuk minum. Kita sampai di SDIT Auliya kira kira setelah 45 menit waktu tempuh…
Tantangan sudah teselesaikan dengan sukses…untuk merayakan kemenangan kita foto foto didepan sekolah…
Monday, June 01, 2009
3 days Kubik Adventure...
Tiga hari lalu merupakan salah satu pengalaman yang sangat berkesan dalam hidup. Saya mengikuti petualangan yang diselenggarakan oleh Kubik Training selama tiga hari di teater Salihara.
Sebuah training untuk peningkatan produktifitas hidup yang memadukan antara aset fisik, kecerdasan dan hati kita. Bagi saya training ini seakan mengisi kembali hati dan jiwa yang semakin aus termakan debu debu perjalanan.
Misi utama petulangan adalah menemukan harta kekuatan tanpa batas untuk menghasilkan kinerja yang tinggi dan meraih kehidupan yang terbaik, yaitu hidup sukses mulia.
Sukses berarti tercapainya harta, tahta, kata dan cinta. Mulia berarti menebarkan kembali harta, tahta, kata dan cinta yang kita capai untuk sebesar mungkin kemanfaatan umat manusia.
Formula utama sukses mulai adalah optimalisasi potensi diri yang kita miliki, yang dapat digambarkan dengan sebuah rumus sederhana :
Expert X Aset x Epos = Sukses Mulia
Expert, adalah seseorang yang diakui sebagai yang terhebat dan paling bisa diandalkan dalam bidang kerjanya. Kunci utama dalam menemukan
Aset, adalah sesuatu yang kita miliki yang dapat memberikan nilai tambah. Aset tersusun dari tiga komponen utama; aset fisik/metafisik, aset kecerdasan dan aset hati
Epos, adalah energi positif yang kita keluarkan dilingkungan sekitar dalam setiap langkah kehidupan kita.
Training yang didesain dengan bentuk petualangan ini melibatkan secara aktif semua peserta training. Tidak hanya full konsentrasi mendengarkan ceramah dan pengalaman para trainer, tapi juga melibatkan aktifitas otak dan fisik dengan berbagai macam permainan yang dirancang sebagai sebuah simulasi kecil kehidupan.
Yang membuat hati saya bergetar adalah saat kita bersama sama menyanyikan sebuah lagu tekad untuk meraih sukses mulia. Bagi teman teman yang belum punya rizki waktu untuk mengikuti training ini, berikut saya kutipkan lagu kebangsaan yang cukup menggetarkan hati itu….
Jalan Sukses Mulia
Kukira aku bahagia
Tlah kumiliki seisi dunia
Tetapi ada yang terlupa
Nuraniku tak terjaga
Kukira aku bahagia
Jalani hidup entah kemana
Ternyata usia semakin tua
Dan aku belum banyak bermakna
Reff..
Dalam bimbang kucari siapa diri
Inginku tegak berdiri memiliki arti
Beri aku waktu dan kesempatan
Jadikan suksesmulia sebagai jalan
Dan bila waktu memanggil
Ku kan tersenyum tanpa kecewa
Karena jalan suksesmulia
Telah mengubah segalanya
Segalanya...segalanya...segalanya
Semoga bisa memberi inspirasi. Terimakasih kepada seluruh team Kubik yang sudah bekerja keras memastikan terselenggaranya training ini dengan baik.
Terkhusus kepada semua pengisi materi ..Mas Indra, Pak Jamil Azzaini, Pak Farid Poniman dan Pak Houtman Arifin yang ceritanya sangat menginspirasi…
Subscribe to:
Posts (Atom)