Wednesday, June 17, 2009

Jendela Kesempatan


Seperti biasa, setiap keluar kota saya selalu menyempatkan membawa buku untuk dibaca di bandara atau di pesawat. Kemarin saya menuju Lampung dan membawa bekal buku menarik yang saya beli dua minggu lalu, The Greatness Guide karya Robin Sharma (beliau juga pengarang buku best seller The Monk Who Sold His Ferrari).

Sambil menunggu pesawat saya baca salah satu artikel perenungan dia berjudul Harvey Keitel dan Jendela kesempatan. Ide dasarnya adalah bahwa setiap hari dalam perjalanan hidup manusia. Kita akan selalu menemukan jendela jendela kesempatan yang terbuka untuk kita masuki. Entah dalam bentuk apapun kesempatan itu. Dan pada akhirnya nasib hidup kita terajut dari bagaimana kita merespon jendela jendela kesempatan ini.

Kalau kita selalu bersembunyi dari jendela kesempatan ini, dunia kita akan menjadi sebuah dunia yang sempit. Kita selalu menghindar, menjauh dan tidak punya keberanian untuk sekedar melongok jendela yang terbuka tersebut. Jangankan memasuki dan mencari tahu apa yang ada didalamnya. Hal terbesar yang harus kita atasi adalah rasa takut akan hal baru.

Rasakan, dekati dan taklukan ketakutan ketakutan itu, niscaya kehidupan kita akan menjadi sebuah dunia yang luas. Hidup ini terlalu singkat untuk hanya memiliki dunia yang sempit.

Sebuah perenungan yang mendalam yang saya alami dalam keseharian saya. Terutama jendela jendela kesempatan yang terbuka saat saya melakukan perjalanan keluar kota. Bertemu dengan orang orang hebat di ruang tunggu bandara, antrian check in atau di pesawat. Kadang kita terlalu takut untuk sekedar menyapa dengan hangat, melempar senyum, menjabat tangan atau berbincang bincang ringan.

Untuk hal hal diatas, saya sudah sering mengalahkan ketakutan ketakutan dan ego saya. Walalupun banyak juga jendela kesempatan yang terlewat. Sepanjang 2008 hampir tiap dua minggu saya melakukan perjalanan ke luar kota, terutama ke Lampung, Jambi, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan.

Banyak orang orang hebat yang sudah saya jumpai dan akhirnya berkenalan dalam perjalanan itu.

Saya mengenal salah satu petinggi perusahaan gula terbesar di Indonesia dalam perjalanan ke Lampung, sampai saat ini kami masih berhubungan cukup akrab. Beberapa Bupati di Lampung juga sering saya jumpai di Bandara atau pesawat. Hanya butuh sedikit keberanian untuk menyapa akrab dan berkenalan dengan mereka. Kalau anda datang ke kantornya, belum tentu anda bisa langsung diterima. Mungkin butuh beberapa minggu untuk sebuah jadwal pertemuan.

Bertemu kembali dengan kawan kakak saya yang seorang pengusaha cukup sukses di Banjarmasin. Bertemu dengan tetangga masa kecil saya di Pekalongan di Bandara Banjarmasin dan sekarang beliau memiliki ribuan hectare tambang batu bara di Kalimantan Selatan. Di Banjarbaru pula saya bertemu dan silaturahmi dengan ustad Lihan di rumahnya di Cindai Alus.

Saya juga beberapa kali bertemu Gus Dur, berbincang bincang di VIP room ruang tunggu dengan beliau.

Dalam perjalanan ke Guang Xi saya bertemu dengan beberapa Jenderal di hongkong airport. Mereka baru saja mengunjungi Shenzen bersama para vendor TNI. Jenderal nya setelah di sapa ramah ramah, ajudannya yang rada galak galak karena menyangka saya TKI yang sok akrab.

Dan tahukan Anda, kemarin dalam perjalanan ke Lampung itu saya bertemu dengan tiga orang tokoh Indonesia.

Pertama bertemu kembali di dekat atm bandara dan berbincang akrab dengan Marwah Daud Ibrahim, salah satu srikandi hebat kita dan beliau tertarik dan siap membantu mengembangkan pertanian singkong. Setahun lalu beliau dan tim ICMI pernah mengunjungi pabrik kami di Lampung dan saya yang menyertainya.

Kedua bertemu Amien Rais saat menuju counter check in, sayang saya melewatkan kesempatan berjabat tangan dan berbincang ringan dengan tokoh hebat ini.

Dan terakhir bertemu dan ngobrol sebentar dengan Bang Ruhut Sitompul, tokoh kontroversial yang sedang menuju Lampung untuk kampaye SBY, kebetulan kita satu pesawat.

Lihatlah..! dalam satu perjalanan jendela kesempatan terbuka begitu banyaknya.

Semua tergantung keberanian kita mengalahkan rasa takut dan ego untuk merespon jendela kesempatan tersebut atau membiarkannya lewat dan menikmati hidup di dunia yang sempit.


1 comment:

Unknown said...

sangat menarik buku yang anda baca. Memang disadari atau tidak, kebanyakan dari kita punya rasa takut untuk melangkah ke hal-hal baru meskipun dengan kalah oleh rasa takut tersebut kita menyia-nyiakan peluang yang ada di depan mata.
Hal tsb lebih dirasakan kalau kita sudah merasa pada zona "comfort", sehingga untuk masuk ke dunia atau zona baru selalu takut, takut gagal.