Memang masih dua tahun lagi pilpres akan berlangsung, namun aroma pertarungan antar pendukung kandidat sudah mulai memanas dan pers selalu bisa membuat tambah panas...
Salah satu kandidat yang banyak dijagokan adalah Dahlan Iskan, pemilik group Jawa Pos yang dianggap sukses menakhodai PLN dalam satu setengah tahun dan sekarang mengemban amanah sebagai Menteri BUMN.
Kenapa Dahlan Iskan ? bukankah dia bukan pengurus partai politik ? bahkan juga tidak pernah terdengar sebagai simpatisan partai politik manapun ? memang dalam pilpres 2009 lalu dia termasuk salah satu tim kampanye SBY-Boediono, tapi setelah ini tidak pernah lagi bicara politik...
Saya beranggapan munculnya nama Dahlan Iskan adalah refleksi kebosanan kelas menengah terhadap kiprah dan tingkah laku politisi di DPR, bahkan sampai taraf muak...
Seringnya absen dalam pembahasa rancangan Undang Undang, gaya hidup mewah, makelar anggaran, terjerat korupsi dan hanya mementingkan kepentingan partai hampir dalam setiap pengambilan keputusan publik. Rakyat sebagai pihak yang diwakili selalu disisihkan, hanya disapa saat hari pencoblosan saja...
Seperti pernah saya tulis di blog ini pada November lalu (Pak Dahlan dan sepatu kets nya...), hanya sebulan sejak dilantik menjadi Menteri BUMN, Dahlan Iskan banyak membuat terobosan kecil yang menarik simpati publik.
Mengurangi jadwal rapat dan laporan yang tidak produktif di lingkungan BUMN, melarang intervensi politisi di lingkungan BUMN, memberi teladan hidup secukupnya dan tidak berlebihan, serta memberi ruang yang cukup bagi Direksi BUMN untuk mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan korporasi daripada karena tekanan politik...
Minggu lalu Dahlan Iskan juga membuat kehebohan dengan menghadiri sidang kabinet di Istana Bogor menggunakan kereta listrik dari Jakarta dan dilanjut naik ojek ke Istana. Mungkin pertama kali dalam sejarah orde baru ada Menteri naik kereta listrik dan ojek untuk menghadiri sidang kabinet.
Ada yang berpendapat tindakan tersebut hanyalah cari sensasi dan popularitas. Namun saya melihat hal ini adalah sikap tulus untuk memberi teladan pada jajaran dibawahnya. Sekaligus melakukan inspeksi atas pelayanan PT Kereta Api pada konsumennya yang kebanyakan masyarakat bawah karena hal seperti ini sangat sering dilakukan oleh Dahlan Iskan saat di PLN.
Dua hari lalu saya membeli buku "Dua Tangis dan Ribuan Tawa" karya Dahlan Iskan, buku yang merupakan kumpulan CEO Note selama beliau memegang amanah menjadi Dirut PLN. Belum semuanya saya baca, baru jalan setengahnya, tapi ada beberapa teladan kepemimpinan yang menunjukan beliau cocok dan memenuhi syarat sebagai seorang Presiden sekalipun.
Beliau seorang yang sangat decisive dalam mengambil keputusan, sederhana tanpa mau direpotkan birokrasi dan seremonial, komitmen penuh pada setiap keputusan yang diambil, walk the talk, lembut dan santun pada semua karyawan sekaligus keras dan tegas pada para pelanggar.
Jalan pengabdian masih panjang Pak Dahlan. Kerja keras, kesederhaan dan kehadiran Bapak merupakan oase bagi bangsa Indonesia, kami siap ikut berjuang untuk menjadikan Indonesia tempat yang lebih baik, adil, manusiawi, bermartabat dan sejahtera.
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!
No comments:
Post a Comment