Wednesday, May 28, 2008

EBA - Emotional Bank Account


Seberapa seringkah Anda mengecek rekening bank Anda? setiap hari ? seminggu sekali ? atau sebulan sekali ?. Saya yakin setidak tidaknya Anda mengecek rekening Anda sebulan sekali, terutama setelah gajian.

Pernahkah Anda mengecek Emotional Bank Account (EBA) Anda ? atau pertanyaannya saya ubah ? Pernahkan anda mendengar istilah diatas ?. Saya yakin banyak dari kita tidak pernah mengeceknya, atau bahkan belum pernah mendengar dan tahu ada istilah ini.

Tahukah Anda bahwa EBA ternyata sangat berpengaruh dalam kesuksesan seseorang, baik dalam kehidupan pribadi, karir maupun kehidupan di komunitasnya.

Stephen Covey dalam The Seven Habits of Highly Effective People menggambarkan EBA sebagai "the amount of trust that’s been built up in a relationship”.

Menurut Covey, ada enam cara bisa dilakukan untuk menumpuk deposit energi positif anda; yaitu; understanding the individual; attending to little things; keeping commitments; clarifying expectations; showing personal integrity; and apologizing sincerely when you make a "withdrawal".

Kalau kita jeli mengamati tindakan dan perilaku setiap orang yang kita kenal, kita akan menemukan sebuah pertanyaan besar, kenapa ada orang orang yang dengan mudah memperoleh apa apa yang diinginkannya, baik dalam pekerjaan maupun dalam kepentingan pribadi nya.

Sementara ada orang orang lain pula yang susah untuk mencapai tujuan atau yang diinginkannya, atau mesti bekerja lebih keras dan berdarah darah untuk memperolehnya ?

Apakah ini sebuah kebetulan atau takdir bagi orang tersebut ? atau orang orang yang gampang memperoleh bantuan orang lain itu memiliki karakteristik tertentu ?.

Konsep EBA menjelaskan bahwa orang bisa dengan mudah memperoleh bantuan atau dukungan dari semua pihak, bahkan dari alam, kalau EBA nya selalu surplus. Artinya dia sudah begitu banyak ber investasi kebaikan / emosi positif kepada pihak pihak lain, baik yang terkait dengan pekerjaannya atau tidak.

Nah pada saat dia membutuhkan dukungan atau bantuan tersebut, seolah olah dia tinggal menarik saldo bank nya.

Bayangkan dengan orang orang yang memiliki deficit EBA, pasti akan sangat susah baginya memperoleh dukungan dan bantuan orang lain, karena investasi yang dia tanam adalah citra diri yang buruk. Alih alih untuk memperoleh dukungan atau bantuan pihak lain, malah semua orang seolah olah berkonspirasi mempersulitnya.

Berdasarkan pengamatan dan sedikit pengalaman hidup saya, EBA sebenarnya bukanlah sebuah konsep kebetulan, ataupun pamrih dalam berbuat baik terhadap orang lain. Bukan pula sebuah upaya menjilat rekan, atasan ataupun orang lain.

Tapi EBA bisa di rencanakan sebagai suatu alat untuk mempercepat dan mempermudah jalan sukses Anda.

Sebagai contoh, Anda sudah memiliki tujuan untuk menjadi Apa / memperoleh Apa dalam lima tahun ke depan. Anda tinggal bayangkan dan petakan jalan jalan mana yang akan dilalui untuk mencapai sukses tersebut. Orang orang seperti apa yang akan anda temui. Keahlian keahlian apa yang anda perlukan.

Setelah kita petakan, anda tinggal memulainya untuk investasi kebaikan terhadap orang orang yang memiliki keahlian keahlian yang anda butuhkan di sepanjang jalan sukses anda itu.

Mulai dari yang kecil kecil, yang gratis tidak ada biayanya seperti; berkenalan, menyapa, menanyakan kesehatan dan keluarganya. Sertakan seluruh empati Anda ke mereka. Anda lakukan satu demi satu, bulan demi bulan, tahun demi tahun.

Saya yakin dalam lima tahun tujuan Anda pasti akan tercapai dengan mudah dengan dukungan semua orang tersebut.

Sekarang saatnya Anda memulai. Tengok kanan kiri, depan belakang Anda. Sapa rekan kerja Anda dengan penuh empati, sertakan semua emosi baik yang anda miliki.

Tanyakan kabarnya hari ini, bagaimana kabar keluarganya ? istri nya ? anak anaknya ?. Niscaya dia akan bercerita dengan antusias, andapun menjadi akrab kembali.

Nah tidak terasa bukan ? Anda sudah memulainya..! Tinggal anda teruskan ke semua orang terdekat anda dan orang orang di sepanjang jalan sukses Anda.

Semoga bermanfaat
NB.
Artikel ini terinspirasi oleh kakak tertua saya yg sering meneriakkan 'put your emotional investment !. Maklumlah beliau salah satu direktur MLM besar di Indonesia. Konon penjualan MLM sebagian besar di drive oleh emotional motive. Belakangan saya menemukan artikel dengan judul sama dalam blog rekan Rosihan Raja Distro. Saya menuliskannya ulang sesuai dengan pengalaman hidup yang saya temui di kantor maupun di luar. Semoga bermanfaat.

2 comments:

WURYANANO said...

Emotional Bank Account belum terlalu greget lho Mas Didi. Tapi bagus dan baik, jika mau melakukannya...khususnya buat diri sendiri.

Nah, setelah itu mesti melakukan ini juga ya:

Shodaqoh Bank Account

Ini lebih berdaya guna buat kemaslahatan ummat dan diri sendiri.

Selamat membuka Shodaqoh Bank Account ya. Semoga menjadi semakin sukses lahir-batin, dunia-akhirat.

Salam dari Surabaya,
Wuryanano

Ardiansyah Abdullah said...

Suheng, terimakasih nasehat dan pembelajarannya. Insya Allah sute selalu belajar dan berusaha memupuk Shodaqoh Bank Account itu.

Semoga selalu bertambah banyak dan membawa berkah